Menderita Penyakit ALS, Perempuan Kolombia Ini akan Suntik Mati
Kompas dunia | 10 Oktober 2021, 09:40 WIBBOGOTA, KOMPAS.TV - Martha Sepulveda Campo mengaku merasa lebih tenang dan lebih banyak tertawa menjelang dirinya disuntik mati.
Sepulveda yang berasal dari Kolombia dan berusia 51 tahun sebelumnya meminta disuntik mati karena menderita penyakit ALS.
ALS adalah penyakit saraf yang berdampak pada mobilitas, dan salah satu yang mematikan.
Meski kematian akan penyakit ini datang dalam waktu bulanan hingga tahunan, namun Sepulveda memutuskan untuk mengakhiri dengan suntik mati.
Baca Juga: Terganggu Nenek Penari, Warga China Miliki Cara Jitu untuk Membungkamnya
“Pada level spiritual, saya merasa tenang,” tutur Sepulveda dikutip dari NBC News.
Sepulveda pun menjadi pasien pertama yang akan disuntik mati tanpa prognosis terminal langsung di Kolombia.
Kolombia sendiri dianggap sebagai pelopor dalam hak atas kematian bermartabat, baik di Amerika Latin atau secara global.
“Tuhan tak ingin melihat saya tersiksa, dan saya yakin tak ada seorang pun, tak ada orang tua yang ingin melihat anaknya tersiksa,” ujar Sepulveda.
Perempuan tersebut sudah menderita ALS sejak 2019 lalu.
Kondisinya semakin buruk, sehingga ia tak bisa lagi berjalan tanpa bantuan.
Ia merasa kematian menjadi yang terbaik sebelum ia tak lagi mampu mengendalikan tubuhnya.
“Dalam kondisi saya sekarang, yang terbaik untuk saya adalah beristirahat.
Meski Kolombia menyetujui dan melegalkan suntik mati pada 1997, tetapi hanya diizinkan untuk kasus sakit parah.
Namun MahkamahKonsitusi Kolombia pada 22 Juli, memperluas hak itu.
Seperti dilaporkan EFE, mereka mengizinkan prosedur asalkan pasien mengalami mpenderitaan fisik atau mental yang intens akibat cedera tubuh atau penyakit seriusm dan tak dapat disembuhkan.
Sepulveda kemudian mengajukan izin tersebut pada 26 Juli, dan mendapatkan izin pada 6 Agustus.
“Saya merasa tenang sejak prosedur itu diizinkan. Saya lebih banyak tertawa sekarang, saya juga tidur lebih tenang,” kata Sepulveda yang mendapatkan dukungan dari sebagian besar keluarganya.
Meski begitu, ada keluarganya yang tak setujuh, khusunya karena alasan keagamaan.
Baca Juga: Insiden Minuman Alkohol Beracun di Rusia, 29 Orang Tewas
“Dengan ibu saya, masalah ini lebih sulit. Namun, saya pikir jauh di dalam hatinya ia bisa mengerti,” ujarnya.
Keputusannya tersebut kemudian menghadapi banyak kritikan, khusunya di negara dengan banyaknya penganut Katolik Roma, di mana gereja percaya suntik mati sebagai kejahatan serius.
Sepulveda menyadari masalah itu dan mengatakan telah berdiskusi dengan Pastur.
Ia berpikir bahwa Tuhan akan mengizinkan.
Penulis : Haryo Jati Editor : Purwanto
Sumber : NBC News