Orang Dekat Putin Disinggung, Kremlin Bantah Temuan Pandora Papers
Kompas dunia | 4 Oktober 2021, 22:22 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Pemerintah Rusia membantah investigasi Pandora Papers yang dirilis International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) pada 3 Oktober lalu.
Laporan itu menyebut sejumlah tokoh yang masuk lingkar terdekat Presiden Vladimir Putin terlibat dalam transaksi-transaksi finansial mencurigakan.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menyatakan bahwa “tidak ada yang spesial” dari investigasi itu. Peskov pun menyebut laporan yang telah dirilis sejauh ini “sekumpulan pernyataan tak berdasar”.
Baca Juga: Sabetan Pandora Papers Mulai Senggol Asia Tenggara Termasuk Indonesia dan Malaysia
Tanggapan itu disampaikan Peskov kepada wartawan pada Senin (4/10/2021). Ia juga menambahkan bahwa pemerintah Rusia tidak akan menggelar penyelidikan apa pun berdasarkan Pandora Papers.
“Satu-satunya yang menyolok mata (di Pandora Papers) adalah demonstrasi negara mana yang memiliki (aset) lepas pantai dan pengemplang pajak terbesar, yang mana, tentu saja, merupakan Amerika Serikat,” kata Peskov dikutip Associated Press.
Sementara itu, pakar finansial asal Moskow, Thomas Adshead menganggap investigasi Pandora Papers tak akan mengubah situasi politik di Rusia.
“Kabar terbaru ini tidak akan mengubah pandangan siapa pun di Rusia apakah Putin memiliki aset luar negeri yang besar atau tidak,” kata Adshead.
“Saya pikir, realitasnya, sangat mungkin Presiden Putin tidak memiliki apa pun atas namanya sendiri,” imbuhnya.
Pandora Papers mengungkap ratusan politisi, pebisnis, selebritas, dan berbagai tokoh yang memiliki perusahaan cangkang atau transaksi finansial mencurigakan di negara-negara suaka pajak.
Investigasi tersebut dilakukan oleh kolaborasi 600 jurnalis dari 117 negara.
Sejumlah orang dekat Putin disinggung dalam laporan ini, disebut melakukan transaksi mencurigakan dengan menggunakan Monako, Prancis sebagai hub.
Baca Juga: Pandora Papers Ungkap Skandal Pajak Ratusan Politisi, Miliarder hingga Tokoh Agama
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Fadhilah
Sumber : Associated Press