> >

Warga Puji Penegakan Hukum dan Ketertiban di Bawah Taliban, tapi Keluhkan Kondisi Ekonomi

Kompas dunia | 24 September 2021, 16:40 WIB
Warga Afghanistan mengeluhkan kenaikan harga bahan bakar dan gas di negara itu. (Sumber: Ariana News)

KABUL, KOMPAS.TV – Warga Kabul memuji kondisi penegakan hukum dan ketertiban di kota tersebut setelah Taliban berkuasa. Namun, mereka meminta agar masalah ekonomi dan lapangan pekerjaan juga diperhatikan oleh pemerintah Afghanistan di bawah Taliban.

“Penegakan hukum dan ketertiban lebih baik di bawah pemerintahan ini jika dibandingkan dengan pemerintah sebelumnya yang tidak berguna. Tapi mereka harus bekerja untuk menyediakan pekerjaan bagi rakyat. Mereka harus memperhatikan ekonomi, dan tingkat pengangguran,” ujar Mohammad, seorang kuli pasar, Kamis (23/9/2021) seperti dikutip dari media lokal Ariana News.

Keluhan tentang kondisi ekonomi juga disampaikan seorang warga lainnya.

“Tidak ada lapangan pekerjaan untuk kami,” ungkap seorang warga Kabul yang enggan menyebutkan namanya, seperti dikutip dari Euronews.

Sebelum Taliban kembali, dia mengaku bisa mengantongi 1.000 (sekitar Rp178.000) hingga 1.500 afghani (sekitar Rp267.000) setiap hari. Namun kini, dia mengaku tidak menghasilkan apa-apa.

Baca Juga: WHO Peringatkan Potensi Kolapsnya Sistem Kesehatan Afghanistan

Adapun Amruddin, seorang mantan anggota dewan provinsi di Kota Kunduz di bagian utara Afghanistan, mengatakan para petani tidak dapat memasarkan hasil pertanian mereka di musim panen karena rusaknya sebagian jaringan jalan.

“Kunduz dikenal sebagai lumbung pangan Afghanistan, tapi situasi ekonomi, terutama situasi pertanian di Kunduz, sedang buruk,” tuturnya Amruddin.

“Petani tidak dapat mengirim hasil pertanian seperti melon dan anggur ke Kabul karena semua masalah ini,” katanya.

Bahkan sebelum Taliban merebut Kabul pada 15 Agustus 2021 lalu, menurut Bank Pembangunan Asia, sebanyak 47 persen penduduk Afghanistan tergolong miskin. Sepertiga dari total penduduk negara tersebut hidup dengan 1,9 dolar per hari.

Bank sentral Afghanistan tidak dapat mengakses cadangan devisa sebesar 9 miliar dolar lebih yang disimpan di luar negeri karena pemblokiran.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, jutaan dolar yang dimiliki negara telah hilang sebelum kelompoknya mencapai Kabul.

Mujahid mengatakan, pihaknya sedang berusaha menyelidiki tentang hilangnya uang tersebut yang ditarik dari bank-bank sebelum runtuhnya pemerintahan Presiden Ashraf Ghani.

Sementara itu, bank-bank di Afghanistan membatasi penarikan uang sebesar 200 dolar atau senilai 20.000 afghani (sekitar Rp3,5 juta) per minggu.

Baca Juga: Warga Afghanistan Keluhkan Kenaikan Harga Bahan Bakar

 

Penulis : Edy A. Putra Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Ariana News/Euronews


TERBARU