Militer AS Minta Maaf atas Serangan Drone di Kabul yang Tewaskan 10 Warga Sipil Afghanistan
Kompas dunia | 18 September 2021, 22:22 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Militer Amerika Serikat (AS) pada Jumat (17/09/2021) meminta maaf atas serangan pesawat nirawak (drone) yang dilakukannya di Kabul pada Agustus yang ternyata menewaskan 10 warga sipil, termasuk tujuh anak-anak.
Militer AS menyebut, serangan drone itu merupakan kesalahan yang tragis.
Pentagon, markas besar Departemen Pertahanan AS, sebelumnya menyebutkan serangan pada 29 Agustus ditargetkan menyasar seorang pengebom bunuh diri ISIS. Dia dilaporkan menjadi ancaman bagi pasukan negara-negara asing pimpinan AS di bandara saat mereka menyelesaikan tahap terakhir penarikan pasukan dari Afghanistan.
Kepala Komando Pusat AS Jenderal Frank McKenzie mengatakan, saat itu dia yakin, serangan drone tersebut berhasil mengadang ancaman yang mengintai pasukan yang berada di bandara.
Kepala Komando Pusat AS Jenderal Frank McKenzie kini mengakui, "Penyelidikan kami sekarang menyimpulkan, serangan itu adalah kesalahan yang tragis."
Dia mengatakan, sekarang dirinya beranggapan orang-orang yang terbunuh itu kemungkinan bukan para anggota cabang ISIS, ISIS-Khorasan, ataupun ancaman bagi pasukan AS.
Pentagon sedang mempertimbangkan untuk memberikan kompensasi kepada keluarga korban, kata McKenzie.
Terbunuhnya warga sipil, dalam serangan yang dilakukan oleh pesawat nirawak dari luar Afghanistan, menimbulkan pertanyaan tentang masa depan serangan kontraterorisme AS di negara itu.
Pengumpulan informasi intelijen di sana terhenti sejak pasukan AS ditarik dari Afghanistan pada Agustus lalu.
Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan, serangan pesawat tak berawak itu menewaskan seseorang bernama Ahmadi, yang bekerja untuk organisasi nirlaba Nutrition and Education International.
Baca Juga: Drone AS Salah Sasaran, Mau Incar ISIS-K Malah Tewaskan Relawan & Keluarga
"Kami sekarang tahu bahwa tidak ada hubungan antara Ahmadi dan ISIS-Khorasan. Kegiatannya pada hari itu sama sekali tidak berbahaya dan sama sekali tidak terkait dengan ancaman yang kami yakini akan kami hadapi," kata Austin dalam pernyataannya.
"Kami minta maaf, dan kami akan berusaha untuk belajar dari kesalahan mengerikan ini," tuturnya.
Ketika serangan drone itu terjadi di sebuah kawasan perumahan di barat Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, laporan segera bermunculan bahwa serangan tersebut menewaskan banyak warga sipil, termasuk anak-anak.
Video yang direkam dari tempat kejadian memperlihatkan puing-puing mobil berserakan di sekitar halaman sebuah gedung.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan pada saat itu bahwa serangan drone menewaskan tujuh orang, dan Taliban sedang menyelidikinya.
Serangan drone terjadi tiga hari setelah seorang pengebom bunuh diri dari ISIS menewaskan 13 tentara AS dan ratusan warga sipil Afghanistan yang berkerumun di luar gerbang bandara Kabul.
Setelah kejadian bom di bandara itu, militer AS melancarkan serangan pesawat tak berawak di Afghanistan timur yang menewaskan dua anggota ISIS.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV/Antara