Tentara Taliban Bersenjata Lengkap Pesiar ke Kebun Binatang Kabul usai Salat Jumat dan Berfoto Ria
Kompas dunia | 18 September 2021, 18:09 WIBFotografer yang ditunjuk mengoordinasikan pemotretan, yang kemudian diperiksa dengan cermat oleh kelompok bersenjata itu.
Sebuah acungan jempol dari salah satu petempur, dengan bendera Taliban mencuat dari magasin peluru senapannya, menunjukkan persetujuan mereka.
Kemudian, sekelompok pria bersenjata yang berbeda menawarkan senapan mereka kepada anak laki-laki berusia delapan tahun, yang memotret dengan ponsel mereka.
Satwa yang dipamerkan adalah seekor singa, yang diberi nama sederhana "Singa Putih", yang tidur di dek dalam kandangnya, berukuran sekitar 20 meter kali 30 meter.
Baca Juga: Situasi Bandara Kabul Usai Dibuka untuk Penerbangan dan Bantuan
Penghuni kebun binatang yang paling berharga adalah Marjan, seekor singa jantan. Marjan menjadi simbol kelangsungan hidup Afghanistan yang hidup melalui kudeta, invasi, perang saudara dan pemerintahan pertama Taliban, sampai dia meninggal pada tahun 2002.
Sebuah patung perunggu dari kucing besar, yang pernah koyak oleh serangan granat, menyambut pengunjung dalam perjalanan mereka. Sementara, sebuah plakat di kuburannya berbunyi: "Di sinilah letak Marjan, yang berusia sekitar 23 tahun. Dia adalah singa paling terkenal di dunia. "
Atraksi populer lainnya adalah akuarium dan rumah reptil, di mana para wanita yang mengenakan niqab, burqa, dan hijab membimbing anak perempuan dan laki-laki di sekitar tank.
Seekor ular sanca tampak bergulung dalam kandang kaca besar saat ikan mas, lele, dan kura-kura berenang di dalam tangki yang melapisi dinding.
Samir, yang berada di Kabul menunggu untuk kembali ke London tempat dia tinggal, berada di kebun binatang bersama putra dan keponakannya yang masih kecil.
Dia mengatakan, mereka mengalami "masa yang sangat sulit" sejak Taliban merebut kekuasaan pada pertengahan Agustus.
"Kami tidak menyangka (Taliban) datang begitu cepat. Di Kabul cukup damai, tapi masalahnya, orang-orang tidak merasa aman."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : France24