> >

Hadiri Debat, Kandidat PM Jepang Beda Pendapat Soal Hak Perempuan dan Pernikahan Sesama Jenis

Kompas dunia | 18 September 2021, 15:13 WIB
Empat kandidat presiden LDP sekaligus perdana menteri Jepang, Taro Kono, Fumio Kishida, Sanae Takaichi, dan Seiko Noda. (Sumber: Kimimasa Mayama/Pool European Pressphoto Agency via Associated Press)

TOKYO, KOMPAS.TV - Empat kandidat perdana menteri Jepang menghadiri debat terbuka mengenai sejumlah isu menjelang pemilihan presiden Partai Liberal Demokratik (LDP), partai yang menguasai parlemen.

Dua kandidat utama, Taro Kono dan Fumio Kishida, menyampaikan komitmen yang sama tentang penanganan pandemi. Namun keduanya berbeda pendapat soal pernikahan sesama jenis dan hak-hak perempuan.

Dua kandidat lainnya adalah Seiko Noda, eks menteri urusan kesetaraan gender, serta Sanae Takaichi, mantan menteri dalam negeri.

Debat calon perdana menteri itu disiarkan oleh stasiun televisi nasional TV Asahi, Jumat (17/9/2021). Keempat kandidat menyatakan bahwa mereka akan membuat kebijakan lebih baik untuk mengatasi pandemi dan memangkas kesenjangan pendapatan.

Baca Juga: Cari Suaka di Jepang, Lelaki Rusia yang Gemar Doraemon Ini Nekat Renangi Laut selama 23 Jam

Taro Kono, menteri vaksin sekaligus kandidat terpopuler, menyatakan mendukung legalisasi pernikahan sesama jenis. Kono memiliki pemikiran berbeda dari pandangan umum di LDP yang berhaluan konservatif.

Sementara itu, saingan utama Kono, Kishida, menyebut bahwa ia “belum bisa menyetujui pernikahan sesama jenis”.

Topik nama perempuan juga menimbulkan perbedaan pendapat dalam debat tersebut. Aktivis hak-hak perempuan dan sejumlah anggota dewan ingin mengatur bahwa perempuan bebas memilih nama keluarga setelah menikah. Hal tersebut tidak dimungkinkan di bawah hukum yang berlaku di Jepang saat ini.

Takaichi yang dikenal sebagai kandidat paling konservatif, menolak gagasan itu. Menurutnya, bebas memilih untuk mempertahankan atau mengganti nama keluarga akan menimbulkan kebingungan.

Empat kandidat di atas bersaing untuk kursi kepresidenan LDP, partai berkuasa saat ini. Presiden LDP sendiri hampir pasti menjadi perdana menteri Jepang mengingat jumlah kursi partai itu di parlemen.

Jepang dan LDP mesti memilih perdana menteri baru karena perdana menteri sebelumnya, Yoshihide Suga, memutuskan tidak maju dalam pemilihan. Suga dilaporkan enggan mempertahankan posisinya karena penanganan pandemi yang buruk.

Baca Juga: Kemlu Pastikan Kedubes Jepang di Indonesia Tak Keluarkan Peringatan tentang Ancaman Teror

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU