Mahasiswa Afghanistan Kembali ke Kampus dengan Partisi untuk Pria dan Wanita
Kompas dunia | 7 September 2021, 12:49 WIBBaca Juga: Taliban Klaim Telah Merebut Lembah Panjshir, Provinsi Terakhir di Luar Wilayah Kekuasan Mereka
Sejumlah negara Barat mengatakan bantuan kemanusiaan dan pengakuan terhadap Taliban akan tergantung dari cara mereka menjalankan pemerintahan, termasuk perlakuan mereka terhadap kaum perempuan.
Meskipun saat ini kaum perempuan tetap diperbolehkan bersekolah, namun batasan-batasan yang diberlakukan pada mereka dianggap masih menjadi kendala. Mahasiswa perempuan terlihat canggung dan takut untuk kembali ke kampus.
"Memasang tirai tak bisa diterima," kata Anjila, mahasiswi 21 tahun di Universitas Kabul yang melihat kelasnya dipisahkan oleh tirai, seperti dikutip dari Reuters.
"Saya benar-benar merasa tidak enak ketika memasuki kelas. Pelan-pelan kami kembali ke masa 20 tahun lalu," tambahnya.
Bahkan sebelum Taliban kembali berkuasa, Anjila mengatakan mahasiswi sudah duduk terpisah dari mahasiswa namun tidak dipisahkan secara fisik dengan tirai.
Taliban mengatakan pekan lalu bahwa sekolah akan dibuka lagi dengan tempat duduk yang harus dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Juru bicara Taliban mengatakan dia tidak mau mengomentari foto yang memperlihatkan partisi di ruang kelas atau tentang kebijakan apa yang harus diambil oleh pihak universitas.
Baca Juga: Taliban Larang Empat Pesawat Sewaan Penuh Warga Afghanistan Terbang ke Qatar
Namun seorang pejabat senior Taliban mengatakan bahwa partisi semacam itu "sangat bisa diterima".
Dia mengatakan bahwa Afghanistan memiliki "sumber daya dan tenaga kerja yang terbatas, sehingga untuk saat ini itulah cara terbaik agar guru bisa mengajar kelas pria dan wanita dalam waktu bersamaan."
Kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan pada tiga minggu lalu, telah membunyikan alarm bagi sebagian kaum perempuan. Mereka takut kehilangan hak-hak yang mereka perjuangkan dalam dua dekade terakhir. Bagi warga yang beruntung, dapat dievakuasi melalui udara ke negara-negara lain. Namun warga yang masih tertinggal disana masih harus menunggu kebijakan baru yang akan diberlakukan di bawah rezim Taliban.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV