Kudeta di Guinea Usai Alpha Conde Ubah Konstitusi Jadi Presiden Tiga Periode
Kompas dunia | 6 September 2021, 10:50 WIBCONAKRY, KOMPAS.TV - Presiden Guinea Alpha Conde dikudeta oleh militer pada Minggu (5/9/2021). Kudeta dilakukan oleh pasukan khusus Guinea, mereka menangkap presiden dan membubarkan konstitusi.
Mereka juga memberlakukan jam malam.
"Kami telah memutuskan, setelah menangkap presiden, membubarkan konstitusi," kata seorang perwira berseragam diapit oleh tentara yang membawa senapan serbu dalam sebuah video yang dikirim ke AFP.
Petugas itu juga mengatakan bahwa perbatasan darat dan udara Guinea telah ditutup. Kata dia pemerintah pun telah dibubarkan.
Video lain menunjukkan Conde tampak duduk di sofa yang dikelilingi oleh pasukan khusus.
Kudeta ini terjadi menyusul ketegangan politik yang berlangsung lama di Guinea dan didorong oleh upaya Conde untuk meraih masa jabatan presiden ketiga tahun lalu.
Conde memenangkan masa jabatan presiden ketiga dalam pemilu yang disengketakan dan diwarnai tuduhan kecurangan pada Oktober tahun lalu.
Dilansir France24.com, pria 83 tahun itu maju setelah mengubah konstitusi pada Maret 2020 yang memungkinkan dia untuk menghindari batas dua masa jabatan presiden hingga memicu protes massa.
Sehari sebelum pemilihan presiden tahun lalu, militer memblokir akses ke Kaloum setelah dugaan pemberontakan militer di timur ibu kota.
Puluhan orang tewas dalam demonstrasi menentang masa jabatan ketiga presiden. Aksi itu juga diikuti bentrokan dengan pasukan keamanan. Ratusan orang ditangkap.
Conde diproklamasikan sebagai presiden pada 7 November tahun lalu. Namun penantang utamanya Cellou Dalein Diallo dan tokoh oposisi lainnya menyebut pemilu itu sebagai tipuan.
Pemerintah melancarkan tindakan keras, menangkap beberapa anggota oposisi karena dugaan peran mereka dalam bersekongkol dalam aksi kekerasan pemilu di negara itu.
Conde, mantan pemimpin oposisi yang pernah dipenjara dan dijatuhi hukuman mati, menjadi pemimpin pertama Guinea yang terpilih secara demokratis pada 2010.
Dia kemudian memenangkan pemilihan kembali pada 2015. Namun, Conde dianggap membelok ke otoritarianisme.
Penulis : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV