Peringatkan Taliban, Uni Eropa Belum Akui Rezim Baru Afghanistan
Kompas dunia | 22 Agustus 2021, 00:03 WIBMADRID, KOMPAS.TV - Para pejabat tinggi Uni Eropa memperingatkan Taliban pada Sabtu (21/8/2021), pembicaraan yang digelar saat ini bertujuan mengamankan jalan keluar sebanyak mungkin pengungsi Afghanistan. Namun, hal itu tidak berarti Uni Eropa siap mengakui rezim baru di Afghanistan.
Melansir Associated Press, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengakui perlunya terus terlibat dengan Taliban. Hal itu dia ungkapkan dalam kunjungannya bersama Presiden Dewan Uni Eropa Charles Michel ke pusat penerimaan pengungsi yang didirikan Spanyol di dekat Madrid.
“Kami memiliki kontak operasional dengan Taliban di saat krisis ini, karena kami perlu mendiskusikan di masa-masa sulit ini bagaimana kami dapat memfasilitasi orang-orang di Kabul untuk datang ke bandara,” kata pemimpin Uni Eropa itu.
“Tapi ini benar-benar berbeda dan terpisah dari pembicaraan politik. Tidak ada pembicaraan politik dengan Taliban dan tidak ada pengakuan terhadap Taliban,” tegas von der Leyen.
Dia juga mengatakan kelanjutan bantuan kemanusiaan Eropa ke Afghanistan akan bergantung pada Taliban yang menghormati hak asasi manusia (HAM), terutama bagi perempuan dan anak perempuan.
“Kami mendengar pernyataan Taliban yang menekankan perempuan akan mendapatkan tempat yang tepat di masyarakat dan memiliki hak untuk belajar dan bekerja, dalam kerangka Islam, apa pun artinya," katanya.
"Tetapi kami juga mendengar semakin banyak laporan tentang orang-orang yang diburu karena pekerjaan atau pendapat mereka di masa lalu, dan kami mendengar wanita ditolak ketika mereka muncul di tempat kerja mereka yang biasa,” tambah von der Leyen.
“Satu miliar euro yang disisihkan oleh Uni Eropa selama tujuh tahun ke depan untuk bantuan pembangunan terikat dengan persyaratan yang ketat: penghormatan terhadap HAM, perlakuan yang baik terhadap minoritas, dan penghormatan terhadap hak-hak perempuan dan anak perempuan,” urainya.
Pejabat tinggi Uni Eropa mengunjungi fasilitas di pangkalan udara militer Torrejón bersama dengan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez. Sanchez mengatakan, fasilitas itu dapat menampung hingga 800 orang.
Baca Juga: Tokoh-Tokoh Taliban Mulai Berkumpul di Kabul Bicarakan Pemerintahan Baru Afghanistan
Dua pesawat yang dikirim oleh Spanyol ke Kabul telah kembali ke Spanyol. Satu pesawat membawa kembali lima warga Spanyol dan 48 orang Afghanistan yang bekerja untuk Spanyol beserta keluarga mereka. Pesawat kedua tiba pada Jumat (20/8/2021) malam dengan 110 orang Afghanistan.
Penerbangan ketiga dengan 110 penumpang lainnya meninggalkan Kabul menuju Dubai, yang digunakan Spanyol sebagai titik pemberhentian sebelum para pengungsi diterbangkan ke Madrid.
Pangkalan udara di Madrid itu juga menerima penerbangan Uni Eropa yang membawa pengungsi Afghanistan lainnya. Seluruh pengungsi diperkirakan akan menghabiskan waktu hingga tiga hari di Madrid, sebelum dipindahkan ke pusat penyambutan di lokasi lain di Spanyol atau negara-negara Eropa lainnya.
Sánchez mengatakan, tanggapan dari anggota Uni Eropa lainnya positif. Beberapa pengungsi Afghanistan juga telah pergi ke negara-negara Uni Eropa lainnya.
Amerika Serikat (AS) dan sekutunya NATO sedang berjuang untuk membantu warga Afghanistan yang bekerja untuk pasukan mereka. Bahkan untuk mencapai dan memasuki bandara Kabul, para warga Afghanistan itu kini takut akan pembalasan dari Taliban.
Von der Leyen mengatakan, staf Uni Eropa tak cuma tengah berbicara dengan pejabat Amerika dan NATO tentang masalah tersebut, tetapi juga bekerja "di lapangan" di Kabul.
"Ini adalah situasi yang sangat sulit, berubah dari menit ke menit, tetapi ada kerja keras yang dilakukan untuk membuat yang terbaik dari situasi yang sangat sulit," katanya.
Baca Juga: Ironis, Saudara Presiden Terguling Afghanistan Ashraf Ghani Malah Dukung Taliban
Von der Leyen bagaimanapun juga mendesak masyarakat internasional untuk membantu orang-orang Afghanistan yang akan tetap tinggal.
Dia mengatakan, runtuhnya demokrasi yang didukung NATO dan kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan telah memicu perpindahan hampir 3,7 juta orang.
Banyak negara Eropa juga mengkhawatirkan gelombang migrasi lain yang serupa dengan yang terjadi pada 2015 yang dipicu oleh perang saudara Suriah.
“Kita harus membantu memastikan pengungsi Afghanistan dapat kembali ke rumah mereka atau setidaknya memiliki prospek, apakah mereka saat ini di Afghanistan atau di negara tetangga,” katanya.
Von der Leyen mengatakan masalah migrasi Afghanistan harus menjadi perhatian utama pertemuan G-7 minggu depan untuk membantu menciptakan “rute legal dan aman secara global, yang diselenggarakan oleh kami, komunitas internasional, bagi mereka yang membutuhkan perlindungan”.
“Pemukiman kembali orang-orang yang rentan ini sangat penting,” katanya. “Itu adalah kewajiban moral kita.”
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press