Jusuf Kalla Beberkan Strategi Cerdik Taliban hingga Dapat Rebut Afghanistan dengan Cepat
Kompas dunia | 16 Agustus 2021, 21:23 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) mengaku terkejut Taliban dapat menguasai Afghanistan dengan cepat. Ia pun membeberkan strategi Taliban dapat merebut kekuasaan.
Strategi Taliban ini ia ketahui karena dirinya kerap mendorong perdamaian antara pemerintah Afghanistan dengan Taliban.
Jusuf Kalla pun pernah diundang untuk bertemu pemerintah Aghanistan dan Taliban. Pada Desember 2020, ia bertemu Presiden Ashraf Ghani bersama jajaran menterinya.
“Presiden Ashraf Gani mengundang saya untuk bertemu mereka dan semua pejabatnya, untuk meminta pandangan dan nasihat saya, solusi apa yang bisa dicapai untuk mencapai perdamaian,” tutur JK dalam Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Senin (16/8/2021).
Baca Juga: Taliban Kuasai Istana Kepresidenan Afghanistan, RI Keluarkan 7 Sikap Resmi!!
Lalu, pada Januari 2021 ia bertemu perwakilan Taliban di Doha, Qatar. Saat itu, ia mendorong Taliban untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan pemerintah Afghanistan.
“Taliban menolak gencatan senjata. Katanya, ‘Tunggu realisasi pulangnya Amerika’,” ungkap JK.
Menurut JK, penolakan itu justru menunjukkan Taliban cerdik. Mereka sudah memiliki strategi menguasai Afghanistan saat itu.
“Jadi itu strategi yang menguntungkan Taliban. Mereka pintar, negosiasi dulu Amerika. Amerika pulang baru mereka merebut seluruh Afghanistan,” beber JK.
Sebelum perebutan kekuasaan itu, Jusuf Kalla sempat menghubungi Presiden Ashraf Ghani menanyakan kabar Afghanistan.
Presiden Ghani, kata JK, mengklaim pemerintah Afghanistan siap melawan Taliban dengan 40 ribu tentara yang telah dilatih Amerika dan persediaan senjata canggih.
“Ternyata latihan itu dan persediaan persenjataan yang hebat tidak bisa, kalau tidak ada semangat,” kata JK.
Jusuf Kalla mengatakan, pemerintah begitu bergantung pada Amerika. Sementara, tentara Afghanistan tidak mau melawan saudara senegara.
Selain itu, ada pemahaman bahwa Taliban sebenarnya hanya memusuhi Amerika Serikat, bukan pemerintah Afghanistan.
Baca Juga: Kabur dari Taliban, Presiden Afghanistan Ungkap Alasannya di Facebook
Menurut JK, masyarakat Afghanistan pun sebagian besar mendukung Taliban. Dukungan itu karena rakyat melihat Afghanistan bergantung pada Amerika.
“Tentu kalau tidak ada dukungan dari masyarakat, Taliban tidak bisa merebut Afghanistan begitu cepat. Rakyat juga tahu mereka tergantung pada Amerika,” ucap JK.
Maka, Taliban dapat merebut sejumlah kota di Afghanistan tanpa perlawanan dari tentara pemerintah.
“Begitu Taliban masuk, pemerintah Afghanistan di kota-kota lain di Jalalabad, di Kandahar itu langsung pulang. Begitu juga di Kabul. Mereka masuk sampai Istana tidak ada perlawanan karena mereka tidak mau terjadi pertempuran antara mereka,” kata JK.
Di sisi lain, ada analisis berbeda datang dari pakar politik Asia Selatan Michael Kugelman. Menurut Kugelman, kecerdikan Taliban dipermudah oleh korupsi di dalam pemerintah Afghanistan.
Selama bertahun-tahun, pasukan Taliban telah mengontrol beberapa distrik di seluruh Afghanistan. Mereka juga memiliki persediaan senjata yang direbut dari tentara Afghanistan.
“Mereka memperkaya sumber keuangan di luar perdagangan narkoba membuat kelompok bersenjata itu semakin kaya,” tulis Kugelman, dilansir dari Aljazeera.
Sementara, korupsi merajalela di dalam pemerintahan dan tentara Afghanistan. Sejak 2014, tentara Afghanistan tak mampu melawan Taliban di garis depan.
Baca Juga: JK: Taliban Jamin Tak Akan Usik KBRI di Afghanistan
Hanya pasukan elite Afghanistan yang mampu berperang di garis depan. Sementara, pasukan lainnya kekurangan peralatan dan sering tidak diberi gaji.
“Korupsi berkembang dan mental pasukan anjlok. Pasukan Afghanistan menerima sedikit dukungan dari pemerintah, yang berjuang untuk mengembangkan strategi kontra-pemberontakan Taliban,” jelas Kugelman.
Lebih jauh, keberadaan Amerika di Afghanistan tak akan mampu berbuat banyak. Bahkan Taliban dapat melancarkan perang terbuka, bila Amerika tetap bertahan di Afghanistan.
“Bahkan dengan Amerika di sana beberapa tahun belakangan, Afghanistan menderita banyak korban dengan rekor angka kematian dan serangkaian pembunuhan yang sengaja menyasar warga sipil,” kata Kugelman.
Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV/Al Jazeera