> >

Mengenal Dmitri Vrubel, Pelukis Bruderkuss : Lukisan Paling Fenomenal Sepanjang Sejarah

Kompas dunia | 14 Agustus 2021, 21:35 WIB
Dmitri Vrubel, My God, Help Me to Survive this Deadly Love, 1990. (Sumber: Getty Images)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Mungkin mural paling terkenal dan fenomenal di dunia adalah mural 'Bruderkuss' karya seniman Rusia, Dmitri Vrubel.

Mural itu menggambarkan sekretaris jenderal partai Komunis Uni Soviet, Leonid Brezhnev mencium sekretaris jenderal partai Sosialis Jerman Timur, Erich Honecker.

Karya fenomenal tersebut terletak di Galeri Sisi Timur, bagian dari bekas Tembok Berlin, citra yang dibuat pada tahun 1990. 

Pada karya tersebut, terdapat kalimat dalam bahasa Rusia: "Ya Tuhan, bantu aku untuk bertahan dari cinta yang mematikan ini."

Baca Juga: Polemik Mural Jokowi 404 Not Found, Stafsus: Yang Dipermasalahkan adalah Soal Izin

Awalnya, lukisan itu dibuat Dmitri Vrubel pada 1990-an, dikenal dengan nama The Kiss atau The Kiss of Death.

Lalu, pada beberapa dekade kemudian lagi oleh seniman itu sendiri.

Dilansir dari Cobosocial, pria visioner, Dmitri Vrubel, lahir pada tahun 1960 di Moskow dalam keluarga insinyur.

Vrubel mulai melukis ketika dia masih remaja.

Di usia 20-an, ia bergabung dengan Union of Artists dan beberapa tahun kemudian ia telah membuka galerinya sendiri, dinamai menurut namanya.

Vrubel sejak itu memiliki banyak pameran tunggal dan kelompok di seluruh dunia, dan masih tinggal di Berlin hari ini.

Pada tahun 1990, setelah istrinya meninggalkannya, dia mengabdikan dirinya pada seni dan tiba di Berlin untuk memulai karirnya dengan melukis jalanan.

Dia baru berusia 30 tahun dan sedikit yang dia tahu saat itu.

Pada tahun yang sama, dia akan melukis mahakaryanya yang provokatif di Tembok Berlin, salah satu lukisannya yang paling berkesan dan ikonik bahkan hingga hari ini.

Pada banyak sumber, Vrubel awalnya menamai lukisan tersebut My God, Help Me to Survive this Deadly Love dalam bahasa Jerman dan Rusia masing-masing. 

Itulah sebabnya mengapa itu juga dikenal sebagai 'Ciuman Kematian' atau 'Ciuman Saudara'.

Hal yang mengejutkan banyak orang, 'Ciuman' mengacu pada ciuman nyata antara Brezhnev dan Honecker, difoto pada tahun 1979 oleh fotografer Prancis Régis Bossu, menghormati peringatan 30 tahun Republik Demokratik Jerman.

Hampir tidak dapat dikatakan mana yang lebih banyak dikritik – foto atau lukisan - tetapi merupakan fakta yang pasti bahwa pembuatan gambar di Tembok Berlin telah membuat cap sejarah permanen pada budaya.

Baca Juga: Polisi Buru Pembuat Mural 'Jokowi 404 Not Found', Undang-Undang Tidak Sebut Presiden Lambang Negara

Ihwal mural sebagai aspirasi politik, beberapa hari belakangan di Indonesia ramai dibicarakan setelah adanya mural wajah Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertuliskan 'File 404 Not Found' yang ditemukan di Kawasan Batu Ceper, Tangerang telah dihapus aparat.

Mural itu lantas membuat Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Faldo Maldini berkicau di Twitter.

Staf khusus menteri sekretaris negara itu mengatakan, melukis mural tanpa izin adalah tindakan kesewenang-wenangan serta melawan hukum yang dapat dikenai sanksi pidana.

“Kalau mural tidak perlu izin, nanti rumah kita bisa digambar Messi (Pemain sepakbola Lionel Messi-red), padahal kita fans Ronaldo,” kata Faldo, Sabtu (14/8/2021).  

Menurutnya, jika memang ingin mengkritik, maka banyak ruang yang terbuka untuk melakukan kritik.

“Sesulit apa pun situasi kita, banyak orang yang lagi sulit sekarang. Bukan alasan kita untuk bertindak sewenang-wenang, bertindak melawan hukum karena ini bisa mencederai hak orang lain,” katanya.

Dia menegaskan, dirinya sama sekali tidak mempersoalkan isi mural yang bergambar Presiden Joko Widodo. Yang dipersoalkan olehnya adalah mural yang tanpa izin.

“Mau gambar apa saja, silakan, tapi kalau tidak ada izinnya itu pelanggaran hukum. Kalau mural di aset ptibadi, izin ke pengelolannya tapi kalau fasilitas publik harus izin aparat dong,” ujar Faldo.

Baca Juga: Sosiolog: Jika Presiden Jokowi Tidak Marah Saat Dikritik, Kenapa Mural Harus Dihapus?

Penulis : Hedi Basri Editor : Gading-Persada

Sumber : Cobosocial


TERBARU