Kesaksian Warga Afghanistan, Taliban Penggal Anaknya setelah Disiksa seperti Hewan
Kompas dunia | 12 Agustus 2021, 17:53 WIBKUNDUZ, KOMPAS.TV - Direbutnya Kota Kunduz, yang merupakan Ibu Kota Provinsi Kunduz oleh Taliban, Minggu (8/8/2021), memberikan luka bagi warganya yang harus mengungsi.
Seorang warga Afghanistan yang melarikan diri dari Kunduz mengungkapkan harus menyaksikan putranya disiksa Taliban dan kemudian dipenggal.
Adalah Abdulmanan yang harus melihat bagaimana para milisi itu menghabisi nyawa putranya.
“Mereka mengambilnya. Ia diperlakukan seperti hewan dan kemudian mereka memenggal kepalanya dengan pisau dan melemparkannya,” ujar Abudlmanan kepada AFP dikutip dari France 24.
Baca Juga: Taliban Terus Merangsek, Kini Kuasai Dua Per Tiga Wilayah Afghanistan
Para anggota Taliban dikabarkan telah melakukan pembalasan terhadap mantan pejabat pemerintah di kota-kota yang berhasil mereka rebut.
Eksekusi singkat, pemenggalan kepala dan penculikan gadis-gadis untuk pernikahan paksa menjadi kengerian yang diceritakan dari orang-orang yang melarikan diri.
Salah satunya adalah Friba yang mengungkapkan kengerian yang dilihatnya.
“Kami melihat jasad terbaring di dekat penjara. Selain itu juga anjing di dekat mereka,” tutur perempuan 36 tahun yang kabur bersama enam anaknya.
Taliban membantah telah melakukan kekejaman tersebut pada wilayah yang sudah mereka kuasai.
Namun, tak ada cara untuk memverifikasi apa yang terjadi secara independen.
Adapun Taliban terus berusaha menguasai kota-kota di Afghanistan, dan saat ini telah menduduki delapan Ibu Kota provinsi.
Baca Juga: Erdogan Ingin Afghanistan Damai, Berencana Temui Pemimpin Taliban
Tindakan agresif tersebut dilakukan Taliban setelah tentara Amerika Serikat (AS) dan sekutunya akan meninggalkan Afghanistan sepenuhnya pada akhir bulan ini.
Di Kunduz sendiri para warganya dikabarkan sudah melakukan kegiatan sehari-hari, namun mereka tetap khawatir kembalinya Taliban sebagai penguasa.
Mereka dikabarkan tetap bersiap untuk yang terburuk.
“Masyarakat kembali membuka toko dan bisnis mereka, tetapi Anda bisa melihat ketakutan di mata mereka,” ujar Habibullah, penjaga toko di Kunduz.
Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada
Sumber : France 24