> >

Anomali, Bhutan Sukses Vaksinasi 90 Persen Warganya Hanya Dalam Seminggu! Kok Bisa?

Kompas dunia | 28 Juli 2021, 04:15 WIB
Sejumlah biksu tengah menggelar ritual menyambut kedatangan 500.000 dosis vaksin Moderna, donasi dari Amerika Serikat di Bandara Internasional Paro di Bhutan, 12 Juli 2021. (Sumber: UNICEF via AP)

THIMPU, KOMPAS.TV – Kerajaan Bhutan telah memvaksinasi lengkap 90 persen populasi dewasanya hanya dalam waktu 7 hari.

Hal itu diungkapkan Kementerian Kesehatan Bhutan, Selasa (27/7/2021).

Negara kecil yang terletak antara India dan China itu memiliki populasi hampir 800.000 orang. Bhutan mulai memberi vaksinasi dosis kedua pada 20 Juli lalu.

UNICEF, badan PBB yang memberi bantuan kemanusiaan dan menangani masalah anak-anak, memuji program vaksinasi Bhutan sebagai “program vaksinasi tercepat yang digelar selama pandemi”.  

Pada April, Bhutan menjadi sorotan saat pemerintahannya menyatakan telah memvaksin sekitar 90 persen warga dewasa dengan dosis pertama dalam waktu kurang dari 2 minggu setelah India mendonasikan 550.000 dosis vaksin AstraZeneca.

Namun, negara itu kekurangan pasokan vaksin setelah India, pemasok utama vaksin AstraZeneca di Bhutan, menghentikan ekspornya karena permintaan yang meningkat saat India dilanda krisis tsunami Covid-19.

Pekan lalu, Bhutan dapat memulai kembali vaksinasinya setelah sekitar setengah juta dosis vaksin Moderna tiba dari Amerika Serikat (AS).

Vaksin itu merupakan donasi dari AS di bawah program Covax yang didukung oleh PBB. Covax merupakan inisiatif untuk memberikan akses vaksin Covid-19 yang adil bagi negara-negara di dunia.

Sekitar 5.000 dosis vaksin Pfizer juga difasilitasi melalui Covax. Selain itu, Bhutan juga menerima lebih dari 400.000 dosis vaksin AstraZeneca dari Denmark, Kroasia dan Bulgaria selama dua pekan terakhir.

Sejumlah personel menerima 500.000 dosis vaksin Covid-19 Moderna donasi dari Amerika Serikat di Bandara Internasional Paro di Bhutan, 12 Juli 2021. (Sumber: UNICEF via AP)

“Tujuan kami adalah untuk mencapai kekebalan kawanan di antara populasi kami dalam waktu sesingkat mungkin untuk menghindari krisis kesehatan masyarakat utama,” ujar Menteri Kesehatan Bhutan, Dechen Wangmo seperti dilansir dari Associated Press, Selasa (27/7/2021).

Baca Juga: Gempa Bumi Skala 6,0 Richter di Assam, India, Berbatasan dengan Bhutan di Himalaya

Banyak negara-negara Barat yang memiliki sumber daya lebih belum mencapai tingkat vaksinasi orang dewasa setinggi itu.

Para ahli kesehatan menyebut, faktor populasi Bhutan yang kecil memang berperan besar. Namun, negara itu juga terbantu dengan pesan yang kuat dan efektif dari para pejabat tinggi dan sistem penyimpanan dingin yang mapan.

Lebih dari 3.000 tenaga kesehatan (nakes) berpartisipasi dan 1.200 pusat vaksinasi tersebar di seluruh negeri, membantu memastikan vaksin menjangkau warga dewasa.

Dalam beberapa kasus, para nakes berjalan kaki selama berhari-hari melalui lumpur di tengah terpaan hujan deras untuk mencapai desa-desa terpencil di puncak gunung demi memvaksin mereka yang tak dapat datang ke pusat vaksinasi.

“Vaksinasi adalah pilar inisiatif perawatan kesehatan Bhutan,” ujar Dr Sonam Wangchuk, anggota gugus tugas vaksinasi Bhutan.

Pemerintahan Bhutan juga dipimpin oleh para praktisi kesehatan. Perdana menteri, menteri luar negeri dan menteri kesehatan, semuanya adalah para profesional medis.

Dan, pemerintah juga kerap mengunggah pesan di Facebook yang langsung menjawab pertanyaan publik tentang virus corona dan vaksinasi. Ini, ternyata sangat membantu memerangi keengganan vaksinasi yang melanda warga.

“Bahkan, faktanya, warga jadi ingin datang langsung dan divaksinasi,” ujar Dr Wangchuk.

Perdana Menteri Lotay Tshering dan Raja Jigme Khesar Namgyel Wangchuck juga merupakan pendukung awal vaksin.

Hingga, kekhawatiran rakyat Bhutan seputar vaksinasi pun hilang. Raja bahkan berkeliling negeri untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya vaksinasi.

Baca Juga: Cerita Raja Bhutan Blusukan Mendaki Gunung Lewati Hutan untuk Mengecek Penerapan Protokol Covid-19

Bhutan merupakan kerajaan Buddha terakhir di Himalaya. Namun, Bhutan telah bertransisi dari monarki absolut ke monarki konstitusional yang demokratis.

Unsur penting lain dalam kesuksesan vaksinasi adalah jaringan luas sukarelawan warga negara yang disebut “desuups”.

“Selama 1,5 tahun terakhir, sekitar 22.000 warga negara secara sukarela bergerak meningkatkan kesadaran, menghilangkan informasi yang salah, dan membantu melakukan skrining dan pengujian massal,” terang Will Parks, perwakilan UNICEF untuk Bhutan.

“Mereka bahkan membawa vaksin melintasi medan yang sulit di Bhutan,” imbuhnya.  

Kesuksesan Bhutan merupakan anomali di Asia Selatan, di mana negara-negara seperti India dan Bangladesh tengah berjuang untuk menaikkan tingkat vaksinasi mereka.

Para ahli menggarisbawahi faktor donasi vaksin dari negara-negara kaya ke negara-negara berkembang. Pun, menyoroti besarnya dampak jangkauan pemerintah pada masyarakat.

“Mungkin, kerajaan kecil Himalaya ini dapat menjadi mercusuar asa bagi kawasan yang tengah dirundung bara Covid-19,” pungkas Park.

Penulis : Vyara Lestari Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press


TERBARU