Rusia Setujui Uji Coba Vaksin Covid-19 Campuran AstraZeneca dan Sputnik V
Kompas dunia | 27 Juli 2021, 18:39 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Otoritas kesehatan Rusia memberikan persetujuan untuk melanjutkan uji klinis yang mencampurkan vaksin Covdi-19 asal Inggris AstraZeneca/Universitas Oxford dan vaksin Rusia Sputnik V.
Hal itu diketahui berdasarkan lembaran negara Rusia untuk pencatatan obat-obatan, seperti dilansir The Moscow Times, Selasa, (27/07/2021).
Persetujuan untuk melakukan uji klinis itu diberikan setelah tertunda karena komite etik Kementerian Kesehatan Rusia pada Mei lalu meminta informasi tambahan.
Berdasarkan lembaran negara untuk pencatatan obat, lima klinik Rusia akan mengadakan uji coba yang dijadwalkan rampung awal Maret 2022 mendatang.
Vaksin AstraZeneca/Oxford dan Sputnik V menggunakan dua dosis, dosis awal dan penguat, namun Sputnik V menggunakan vektor virus yang berbeda untuk dua dosisnya.
Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) yang mempromosikan penggunaan vaksin Sputnik V menyambut baik keputusan untuk melanjutkan uji coba tersebut.
Baca Juga: Rusia Klaim Vaksin Sputnik V Ampuh Lawan Virus Covid-19 Varian Delta hingga 90 Persen
"Saat ini, RDIF sedang melakukan uji klinis gabungan untuk mencampurkan komponen awal Sputnik V, yaitu vaksin Sputnik Light, dengan vaksin dari manufaktur asing yang lain," katanya melalui pernyataan.
"Secara khusus, vaksin Sputnik Light dapat digunakan dalam campuran dengan vaksin lain untuk meningkatkan efektivitasnya termasuk melawan varian baru yang muncul sebagai hasil dari mutasi virus."
Apa yang disebut vaksin viral vektor yaitu vaksin yang menggunakan virus hasil modifikasi namun tidak berbahaya sebagai perantara, atau dinamakan vektor, untuk membawa informasi genetik yang membantu tubuh membangun imunitas terhadap infeksi di masa depan.
Uji coba vaksin Covid-19 pada manusia yang mencampurkan vaksin AstraZeneca/Oxford dengan Sputnik V telah mengantongi persetujuan di Azerbaijan, Uni Emirat Arab, Belarus, serta Argentina.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV/The Moscow Times