> >

Dipecat Usai Terekam Lumuri Bajunya dengan Lumpur, Jurnalis TV Jerman Minta Maaf

Kompas dunia | 24 Juli 2021, 10:17 WIB
Jurnalis TV Susanna Ohlen ketika terekam tengah melumuri pakaiannya dengan lumpur. (Sumber: Twitter)

BERLIN, KOMPAS.TV - Jurnalis TV Jerman, Susanna Ohlen, meminta maaf atas perilakunya yang melumuri bajunya dengan lumpur sebelum melakukan siaran langsung.

Hal itu kemudian terekam kamera dan videonya pun viral di media sosial.

Ohlen saat itu tengah melakukan liputan dari salah satu kota yang terdampak banjir parah di negara tersebut pekan lalu.

Perempuan berusia 39 tahun itu mengungkapkan, ia melakukan hal itu karena malu melaporkan dari tempat kejadian dengan baju bersih.

Baca Juga: Banjir dan Longsor di Maharastra India, 47 Tewas dan Puluhan Hilang

Stasiun TV RTL, yang merupakan tempat Ohlen bekerja memecatnya karena dianggap melanggar standar mereka, setelah video itu viral.

Insiden itu terjadi saat ia melaporkan peristiwa banjir besar yang telah menelan ratusan jiwa itu dari Bad Muenstereifel di Rhine-Westphalia Utara.

Pada pernyataannya seperti dilansir dari BBC, Ohlen mengakui ia telah melakukan kesalahan.

Ohlen mengungkapkan, dirinya ikut memberi bantuan sehari sebelum liputan untuk siaran program RTL Good Morning Germany, Minggu (19/7/2021).

Namun ia mengungkapkan, sebelum memberikan laporan Ohlen merasa malu berdiri di depan kamera dengan baju yang bersih.

“Saya melakukan kesalahan serius hari Senin di lokasi bencana banjir. Saya malu di depan semua yang memberi pertolongan pagi itu dengan menggunakan baju bersih di depan kamera,” pada pernyataan minta maafnya di laman resmi RTL.

“Tanpa berpikir panjang, saya melumuri lumpur ke baju saya. Saya tak boleh lagi melakukan hal seperti itu,” tambahnya.

Baca Juga: Korban Tewas Banjir di Jerman Menjadi 133 Jiwa, Tidak Ada WNI

Pihak RTL mengungkapkan, Ohlen telah diberhentikan setelah video tersebut menimbulkan sensasi.

Mereka juga tak mengungkapkan apakah bakal ada tindakan lainnya yang diambil.

Banjir besar di Jerman pekan lalu menjadi yang terburuk, setelah setidaknya 170 orang tewas dan menyebabkan kerusakan senilai miliaran euro.

Saat ini puluhan orang masih menghilang dan operasi pembersihan terus dilanjutkan.

Penulis : Haryo Jati Editor : Fadhilah

Sumber : BBC/RTL


TERBARU