Nomor Ponsel Macron dan Politisi Bocor, Prancis Selidiki Kemungkinan Penyadapan oleh Spyware Israel
Kompas dunia | 21 Juli 2021, 04:30 WIBPARIS, KOMPAS.TV – Ponsel milik Presiden Prancis Emmanuel Macron dan 15 anggota parlemen Prancis kemungkinan menjadi sasaran potensial untuk disusupi oleh spyware atau perangkat lunak pengintai buatan Kelompok NSO yang berbasis di Israel.
Melansir Associated Press pada Rabu (21/7/2021), Kejaksaan Prancis tengah menyelidiki penggunaan spyware Pegasus secara meluas yang menyasar para jurnalis, aktivis hak asasi manusia (HAM) dan politisi di sejumlah negara.
Baca Juga: Prancis dan Jerman Tuntut Amerika Serikat dan Denmark Jelaskan Berita Penyadapan Atas Mereka
Harian Prancis Le Monde melaporkan bahwa nomor ponsel Macron dan sejumlah anggota parlemen pemerintahan Prancis teridentifikasi di antara ribuan nomor yang diduga diseleksi oleh klien-klien NSO untuk disusupi.
Menurut Le Monde, dalam kasus ini, klien NSO itu merupakan dinas keamanan Maroko yang tak diidentifikasi.
Le Monde menjadi bagian dari konsorsium media global yang mengidentifikasi target dari sebuah daftar yang memuat lebih dari 50.000 nomor ponsel yang diperoleh oleh Forbiden Stories – organisasi jurnalis nirlaba yang berbasis di Paris – dan kelompok HAM Amnesty International.
Daftar ini kemudian dibagikan pada 16 organisasi pemberitaan.
Para anggota konsorsium menyatakan, mereka dapat mengaitkan lebih dari 1.000 nomor di daftar itu dengan para individu, termasuk lebih dari 600 politisi dan pejabat pemerintahan, serta 189 jurnalis.
Di antara sejumlah nomor dalam daftar itu, beberapa di antaranya merupakan nomor ponsel jurnalis dan politisi di Prancis.
Laporan konsorsium itu menyebut, (nomor) sejumlah anggota keluarga kerajaan, kepala negara dan perdana menteri negara-negara Arab, juga ada dalam daftar itu.
Seorang pejabat kepresidenan Prancis menyatakan, pihak berwenang akan menyelidiki laporan itu. Jika tuduhan target itu terbukti, hal itu “akan sangat gawat”.
Baca Juga: Kota Tanpa Radio-TV, Ponsel dan Internet
NSO sendiri, seperti dikutip dari Le Monde, membantah bahwa presiden Prancis pernah menjadi target klien-kliennya.
Kelompok NSO membantah bahwa mereka pernah membuat “daftar target potensial, baik di masa lalu maupun sekarang”. NSO menuding bahwa laporan Forbidden Stories “penuh dengan asumsi-asumsi yang salah dan teori-teori yang tak kuat.”
Sumber kebocoran itu, juga apakah daftar itu asli, tak diungkap. Meskipun keberadaan nomor ponsel dalam data tak lantas berarti sebuah upaya telah dilakukan untuk menyadap sebuah perangkat, konsorsium meyakini bahwa data itu mengindikasikan adanya target potensial oleh klien pemerintah NSO.
Pada Selasa (20/7/2021), Kejaksaan Paris menyatakan telah membuka penyelidikan dengan kemungkinan dakwaan pelanggaran privasi, penggunaan data secara ilegal dan penjualan spyware secara ilegal.
Seperti umumnya dalam hukum Prancis, penyelidikan tidak menyebut nama tersangka pelaku. Namun, ditujukan untuk menentukan siapa yang akhirnya akan dikirim ke pengadilan.
Kasus ini dipicu oleh gugatan dari dua jurnalis dan situs web investigasi Prancis, Mediapart.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV/Associated Press