212 Orang Tewas Saat Kerusuhan Afrika Selatan, Presiden Yakin Telah Direncanakan
Kompas dunia | 17 Juli 2021, 10:06 WIBCAPE TOWN, KOMPAS.TV - Kerusuhan di Afrika Selatan menyebabkan 212 orang tewas. Kerusuhan tersebut imbas pasca penangkapan mantan Presiden Jacob Zuma.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa meyakini bahwa kerusuhan tersebut sudah direncanakan. Ia pun menegaskan kerusuhan tersebut sebagai penyerangan terhadap demokrasi.
“Sangat jelas bahwa insiden kerusuhan dan penjarahan ini ada yang memicu. Ada orang yang merencanakan dan mengoordinasikannya,” tutur Ramaphosa saat mendatangi KwaZulu-Natal yang merupakan kampung halaman Zuma dan pusat dari kerusuhan, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (17/7/20210).
Baca Juga: Sebelumnya Melarang, Otoritas India Kini Izinkan Penyembelihan Sapi untuk Iduladha di Kashmir
Presiden Ramaphosa pun menegaskan, kerusuhan tersebut berusaha untuk membajak demokrasi Afrika Selatan.
Ia mengatakan, penghasut dari tindakan anarkis ini sudah diidentifikasi, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut.
“Kami akan mengejar mereka,” lanjutnya. Kerusuhan yang sudah terjadi selama sepekan, membuat warga Kwazulu-Natal dalam krisis.
Mereka mengkhawatirkan kesulitan untuk memberi makan keluarganya karena sulitnya bahan pangan.
Kerusuhan itu membuat jalan-jalan rusak atau diblokade oleh perusuh. Hal tersebut membuat suplai bahan makanan menjadi terganggu.
Tentara pun telah dikerahkan ke titik-titik potensial dan polisi memberikan bantuan transportasi oksigen, obat-obatan, dan bahan baku penting lainnya.
Baca Juga: Kerusuhan di Afrika Selatan, 117 Tewas, 25.000 Tentara Dikerahkan
Kerusuhan ini bermula setelah Zuma menyerahkan dirinya ke polisi untuk menjalani hukuman penjara 15 bulan karena menghina pengadilan.
Pendukung Zuma pun bereaksi keras terhadap hukuman penjara tersebut. Mereka memblokade jalan utama, dan meminta agar Zuma dibebaskan.
Protes tersebut akhirnya berkembang menjadi kerusuhan berskala besar serta terjadinya penjarahan dan pembakaran di seluruh penjuru KwaZulu-Natal juga Gauteng.
Penulis : Haryo Jati Editor : Fadhilah
Sumber : BBC