> >

WHO Meminta China Lebih Kooperatif dalam Investigasi Awal Penyebaran Covid-19

Kompas dunia | 16 Juli 2021, 10:48 WIB
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berpidato dalam Majelis Kesehatan Dunia ke-74 di Jenewa, Swiss, pada 24 Mei 2021. (Sumber: Xinhua/WHO/Christopher Black)

JENEWA, KOMPAS.TV - Pemimpin WHO meminta China untuk lebih kooperatif dalam investigasi awal mula penyebaran Covid-19.

Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta agar China memberikan lebih banyak akses dan transparansi.

WHO saat ini tengah melakukan fase kedua investigasi mengenai awal mula Covid-19.

Fase pertama dari investigasi WHO telah berakhir pada Februari lalu.

Baca Juga: Biden Bertemu Merkel, Bersatu untuk Hadapi Tekanan Rusia

Pada fase pertama disimpulkan bahwa sangat tak mungkin virus itu erasal dari laboratorium di Wuhan, China.

Kemungkinan besar virus Corona tersebut berasal dari kelelawar.

Saat berbicara di Jenewa, Kamis (15/7/2021), Dr Tedros mengatakan WHO perlu akses ke data mentah pasien, sebelum dan pada awal pandemic.

Seperti dikutip BBC, ia menambahkan China tak membagikan data tersebut dengan WHO pada investigasi pertama.

Baca Juga: Kelaparan dan Jurang Kehancuran Ekonomi Membayangi Berlarutnya Pandemi Covid-19 di Nigeria

Dr Tedros juga meminta informasi yang jelas mengenai laboratorium di Wuhan.

Ia menegaskan sebagai seorang ahli medis profesional, ia menyadari kecelakaan bisa saja terjadi.

Hal ini menjadi indikasi kuat bahwa WHO masih mempercayai teori kebocoran laboratorium, meski para ahli memperkirakan itu tak terjadi.

Dr Tedros juga menentang pemikiran bahwa pandemi akan berakhir.

Baca Juga: Erdogan Peringatkan Xi Jinping untuk Perlakukan Muslim Uighur sebagai Rakyat China yang Setara

Komite gawat darurat WHO mengatakan bahwa varian baru dan lebih berbahaya, diperkirakan akan menyebar ke seluruh dunia.

“Pandemi ini masih jauh dari selesai,” bunyi pernyataan komite.

Saat ini varian delta, yang memiliki tingkat penularan tinggi mulai menyebar ke seluruh dunia.

Sedangkan Covid-19  yang berkaitan dengan kematian di Afrika, meningkat 43 persen dalam waktu sepekan.

Penulis : Haryo Jati Editor : Iman-Firdaus

Sumber : BBC


TERBARU