Media Asing Soroti Pembuat Peti Mati Jakarta yang Mulai Kewalahan
Kompas dunia | 6 Juli 2021, 18:24 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Di sebuah bengkel yang terletak di pemakaman Jakarta, pembuat peti mati, Olaskar Purba, dan timnya bekerja keras membuat peti mati, seperti yang disaksikan oleh wartawan Reuters dan dilansir Straits Times, Selasa (7/6/2021).
Para pekerja menyatukan kotak-kotak yang terbuat dari kayu lapis dan mengecatnya dengan warna cokelat. Peti mati kemudian dilengkapi dengan lapisan dan ditutup dengan plastik sebelum dibawa pergi untuk digunakan.
"Sebelum kasus (virus corona) melonjak, biasanya kami hanya membuat hingga 10 peti mati dalam satu hari," kata pria 62 tahun yang tampak letih itu.
"Tapi sekarang sudah mencapai 30 pesanan per hari, dan kerjanya dua kali lipat," sambung Olaskar.
Indonesia sedang memerangi salah satu wabah Covid-19 terburuk di Asia. Ini dipicu oleh penyebaran cepat varian Delta yang sangat menular yang pertama kali diidentifikasi di India.
Pemerintah Indonesia pada Senin (05/07/2021) melaporkan 558 kematian baru, hari kedua rekor tertinggi catatan kematian akibat Covid-19, dan 29.745 infeksi baru, hari ke-10 rekor kasus tertinggi dalam 15 hari terakhir.
Baca Juga: Kisah Sukarelawan Pemakaman Covid-19, Ikhlas Meski Mempertaruhkan Nyawa
Pembatasan mobilitas yang lebih ketat telah diberlakukan di Jawa dan Bali, wilayah yang paling parah terkena dampak. Pemerintah pada Senin memperkenalkan langkah-langkah baru dalam upaya untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 di 20 provinsi lain yang berlaku mulai hari ini, Selasa, (06/07/2021).
Kementerian kesehatan menyebut bahwa hunian tempat tidur rumah sakit mencapai 75 persen secara nasional pada 2 Juli. Namun beberapa rumah sakit di Jawa, pulau terpadat di Indonesia, melaporkan kapasitas lebih dari 90 persen, termasuk di ibu kota Jakarta.
"Bahan yang kami gunakan (untuk membuat peti mati) juga semakin sulit ditemukan, karena harga kayu lapis juga naik," kata Olaskar, menjelaskan dia kewalahan dengan pesanan peti mati yang tiada habisnya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV