Studi Terbaru: Varian Delta, 8 Kali Kurang Sensitif terhadap Antibodi Vaksin Covid-19
Kompas dunia | 6 Juli 2021, 06:34 WIBNEW DELHI, KOMPAS.TV – Studi terbaru menemukan, varian Delta delapan kali kurang sensitif terhadap antibodi yang timbul akibat vaksin Covid-19 daripada varian asli Wuhan. Studi ini dilakukan terhadap 100 tenaga kesehatan di Delhi, India.
Melansir Firspost pada Senin (5/7/2021), studi itu juga menemukan bahwa varian Delta juga lebih menular ketimbang varian Wuhan.
Studi dari India bertitel Sars-Cov-2 B.1.617.2 Delta variant Emergence and Vaccine Breakthrough: Collaborative Study itu merupakan upaya kolaborasi sejumlah ilmuwan dari Institut Imunologi Teurapetik dan Penyakit Menular Cambridge. Studi itu juga mengungkap bahwa varian Delta kurang sensitif terhadap antibodi penawar dari individu yang sembuh dari Covid-19, dengan “efisiensi replikasi (atau penggandaan DNA) yang lebih tinggi” dibanding varian Alpha.
Baca Juga: WHO: Varian Delta Telah Menyebar ke Hampir 100 Negara, Dunia dalam Periode Berbahaya Pandemi
“Dalam analisa terobosan terhadap lebih dari 100 tenaga kesehatan di 3 pusat kesehatan di India, varian Delta tak hanya mendominasi penularan terobosan vaksin dengan viral load (atau kisaran jumlah partikel virus dalam 1 ml sampel darah) pernafasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penularan virus non-Delta, tapi juga memicu penularan yang lebih besar di antara para tenaga kesehatan yang sudah divaksinasi secara lengkap, dibandingkan dengan varian Alpha dan Kappa,” demikian studi memaparkan.
Viral load sendiri, mengutip laman hellosehat, merupakan tolok ukur mengenai sudah seberapa jauh dan cepat penyakit berkembang dalam tubuh, yang diketahui lewat jumlah virus di dalam sampel darah.
Baca Juga: Penyebaran Varian Delta Covid-19 Kian Masif, AS Pertimbangkan kembali Wajibkan Pakai Masker
Terkait meningkatnya kemampuan penularan varian Delta, studi tersebut juga menemukan bahwa varian yang pertama kali terdeteksi di India itu telah meningkatkan protein lonjakannya untuk menempel pada sel epitel paru-paru. Ini menyebabkan varian Delta memiliki kemampuan menularkan penyakit ke lebih banyak orang ketimbang varian Wuhan.
“Dari studi ini, tampaknya kita harus berjalan berkilo-kilometer dulu sebelum tidur akibat pandemi Covid-19,” ujar Dr Chand Wattal, ketua Institut Mikrobiologi Klinis dan Imunologi Rumah Sakit Sur Ganga Ram.
Baca Juga: Rusia Klaim Vaksin Sputnik V Ampuh Lawan Virus Covid-19 Varian Delta hingga 90 Persen
“Mutasi-mutasi pasti akan terjadi jika kita menurunkan kewaspadaan kita, dan membiarkan diri kita menjadi mangsa virus ini, akan memberi virus ini kesempatan untuk berkembang biak dan mencapai kekuatan yang lebih baik dengan perilaku kita yang tak waspada terhadap Covid,” paparnya.
Studi ini membuka mata secara langsung, bahkan orang-orang yang telah divaksinasi secara lengkap pun tak boleh menurunkan kewaspadaan mereka atas nama vaksinasi.
"Virus ini masih berkeliaran mencari mangsa,” imbuhnya sembari memungkasi, “Mutan ini telah kembali dengan protein lonjakan yang lebih canggih untuk menempel di sel epitel paru-paru, yang membuat virus ini punya kemampuan lebih tinggi dalam menularkan penyakit ke lebih banyak orang dibanding varian Wuhan.”
Penulis : Vyara Lestari Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV