Pangkalan Udara Bagram, Saksi Bisu Peperangan yang Mengoyak Afghanistan
Kompas dunia | 3 Juli 2021, 06:30 WIBSaat AS dan NATO mewarisi Bagram di tahun 2001, kondisi Bagram terbilang relatif hancur. Sebagian besar bangunan gedung koyak oleh hantaman roket dan peluru dan pagar pengamannya pun hancur.
Bagram ditinggalkan setelah tergempur dalam berbagai peperangan antara Taliban dan rivalnya, mujahidin, yang melarikan diri ke kantong-kantong perlawanan di utara Afghanistan.
Bagram yang luas memiliki dua landasan. Yang terbaru, sepanjang hampir 4 kilometer, dibangun di tahun 2006 dengan biaya USD96 juta (atau senilai Rp1,3 triliun). Terdapat sekitar 110 tempat parkir pesawat yang dibentengi oleh dinding pelindung.
Mengutip Wikipedia, pada tahun 2007, Bagram telah menjadi ibarat sebuah kota kecil, dengan sejumlah toko-toko yang menjual aneka barang mulai baju hingga makanan. Sejumlah fasilitas restoran pun ada di sini, termasuk Pizza Hut, restoran waralaba Amerika Subway, sebuah restoran Afghanistan, juga sejumlah kedai kopi.
Pangkalan ini terletak di ketinggian area pegunungan yang di musim dingin, suhunya bisa merosot hingga minus 29 derajat Celsius. Lantaran badai salju kerap melanda wilayah ini, pesawat komersial sulit untuk mendarat di Bagram.
Pesawat-pesawat tua pun harus bergantung pada awak yang sangat berpengalaman agar dapat mendarat di Bagram.
Baca Juga: Kastaf Gabungan AS: Militer Afghanistan Berpeluang Kepayahan Melawan Taliban Sepeninggal Pasukan AS
Pada tahun 2009, Bagram mampu menampung sekitar 10.000 personel pasukan.
GlobalSecurity, sebuah perusahaan keamanan, mengatakan, Bagram memiliki tiga hanggar luas, sebuah menara kontrol dan sejumlah bangunan gedung pendukung.
Pangkalan udara itu memiliki 50 tempat tidur rumah sakit yang dilengkapi dengan ruang trauma, 3 ruang operasi dan sebuah klinik gigi modern. Bagian lain Bagram juga termasuk sebuah penjara, yang terkenal ditakuti di kalangan penduduk Afghanistan.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV