> >

Jelang Pemilihan Presiden, Rakyat Iran Apatis, Berharap Masa Depan Negara Lebih Baik

Kompas dunia | 14 Juni 2021, 14:52 WIB
Tujuh kandidat yang disetujui oleh Dewan Garda Iran untuk berlaga di pemilihan presiden Iran (dari kiri ke kanan): mantan komandan Garda Revolusioner Iran Mohsen Rezaei, Gubernur Bank Sentral Iran Abdolnaser Hemmati, anggota parlemen Alireza Zakani, mantan Wakil Presiden Iran Mohsen Mehralizadeh, Wakil Ketua Parlemen Amir Hossein Ghazizadeh Hashemi, Sekjen Majelis Tinggi Pertahanan Nasional Saeed Jalili dan Hakim Agung Ebrahim Raisi. (Sumber: AP Photo)

“Saya tak percaya pada satu pun kandidat presiden kita karena saya tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Bagaimana jika situasi selanjutnya justru bertambah buruk?” tanyanya mengkhawatirkan masa depan ekonomi Iran yang suram. “Rakyat kami tak akan mampu bertahan.”

Sasan Ghafouri (29) yang bercita-cita menjadi seorang teknisi laboratorium, kini terpaksa berjualan pakaian di mal di Teheran. Ia kelelahan akibat pekerjaannya dan kecewa dengan politik pemilihan yang tak membawa hasil apa-apa.

“Saya bekerja mulai jam 9 pagi sampai jam 9 atau 10 malam, setiap hari. Kalau saya tak punya waktu tersisa untuk bersenang-senang atau belajar, meneruskan pendidikan dan mengejar mimpi saya, apa artinya hidup?” paparnya. “Saat ini, saya bahkan tak bisa berpikir tentang mimpi-mimpi saya.”

Baca Juga: Bendera Israel Berkibar di Wina, Menlu Iran Batal Berkunjung ke Austria

Warga yang meletakkan harapan di pundak Raisi, berharap nasib mereka bisa berubah setelah seluruh tabugan mereka menguap saat rial, mata uang Iran, kolaps di bawah Presiden Rouhani.

“Pemerintahan Rouhani sangat mengecewakan dan tak kompeten. Saya menangani keuangan karena pekerjaan saya dan telah menyaksikan kesulitan yang dihadapi warga kami setiap hari,” ujar Ali Momeni (37), seorang akuntan di sebuah mal di barat Teheran. Ia akan memberikan suaranya pada Raisi, yang ia harapkan mampu “menyewa tim penasihat ekonomi yang kuat untuk memperbaiki situasi Iran.”

Senada dengan Momeni, Loqman Karimi (50) pun menyatakan akan mendukung Raisi. Namun, bukan lantaran janji-janji gemerlap Raisi, melainkan karena hal-hal yang telah ia lakukan saat menjabat sebagai hakim agung pengadilan.

“Raisi membuka kembali banyak pabrik yang bangkrut. Hakim agung mana yang sebelumnya pernah melakukan hal ini? Tak ada seorang pun yang telah melakukan hal bagus seperti itu,” kata Karimi. “Mengapa rakyat Iran harus terjebak dalam harga-harga yang mahal? Mengapa mereka harus mengantri untuk membeli telur dan daging ayam?!”

Warga Iran saling berbagi kekecewaan mendalam atas status quo Iran, tapi juga aspirasi besar untuk masa depan Iran, entah bagaimana caraya, yang lebih baik. Bagi sejumlah orang, ini berarti kembali ke perjanjian nuklir, tahun-tahun optimis saat Iran merupakan negara berprospek bagi investor asing sebelum Presiden AS saat itu, Donald Trump, menarik AS dari perjanjian nuklir dan kembali memberlakukan sanksi terhadap Iran.

Baca Juga: Iran Kirim Kapal Perang ke Samudera Atlantik, Diduga Menuju Venezuela, AS Siap Merespon

Apapun hasil pemilihan presiden Iran nantinya, banyak warga Iran yang bermimpi Iran bisa menjadi “sebuah negara normal” yang bebas dari sanksi, ketakutan akan perang dan perasaan terkepung. Pemilihan-pemilihan presiden sebelumnya telah menciptakan landasan untuk negosiasi diplomatik dan pembukaan budaya. Namun, para politisi moderat menyatakan, semua hal itu tampaknya tak akan terwujud bila Raisi menang.

“Saya cuma ingin agar presiden Iran selanjutnya tidak main-main dengan negara lain, begitu juga sebaliknya,” ujar Rekabi. “Kami benar-benar sudah muak. Kami tidak pantas menjalani kehidupan sebegini sulit, lesu dan mengerikan ini.”

Baca Juga: Iran Bisa Buat Bom Nuklir dalam Hitungan Pekan, Perjanjian Nuklir Iran di Ujung Tanduk

Penulis : Vyara Lestari Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU