> >

Netanyahu Lengser, Akhiri 12 Tahun Pemerintahannya di Israel, Ini Penggantinya

Kompas dunia | 14 Juni 2021, 10:20 WIB
Perdana Menteri Israel yang baru, Naftali Bennett (kanan) berjabat tangan dengan pendahulunya, Benjamin Netanyahu dalam sesi Knesset (Parlemen Israel) di Yerusalem pada Minggu (13/6/2021). (Sumber: AP Photo/Ariel Schalit)

YERUSALEM, KOMPAS.TV – Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu (71) resmi lengser dari jabatannya setelah Parlemen Israel menyetujui pemerintahan koalisi baru pada Minggu (13/6/2021). Knesset, atau parlemen Israel, memilih Naftali Bennett, mantan sekutu Netanyahu, sebagai pengganti.

Melansir Associated Press, Bennett menang sangat tipis dalam pemungutan suara di Knesset, hanya berselisih 1 suara. Sebanyak 60 kursi di Knesset memilih untuk melengserkan Netanyahu, sementara 59 kursi berpendapat sebaliknya.

Kemenangan Bennett ini mengakhiri masa pemerintahan Netanyahu sebagai PM Israel selama 12 tahun terakhir.

Baca Juga: Terancam Koalisi Oposisi Israel, Netanyahu Menegaskan Dirinya Korban Konspirasi

Namun, Netanyahu menegaskan, ia tak berniat meninggalkan panggung dunia politik. “Jika memang kami ditakdirkan menjadi oposisi, kami akan melakukannya dengan punggung tegak sampai kami bisa menggulingkan pemerintahan yang berbahaya ini dan kembali memimpin negara,” kata Netanyahu.

Pemungutan suara itu mengakhiri sesi parlemen yang penuh badai, mengakhiri siklus kelumpuhan politik selama 2 tahun, di mana Israel sempat menggelar 4 kali pemilihan yang berakhir dengan jalan buntu. Pemungutan suara itu berfokus pada pemerintahan Netanyahu yang memecah belah dan kelayakannya  untuk tetap menjabat selagi diadili atas tuduhan korupsi.

Baca Juga: Demi Singkirkan Netanyahu dan Bentuk Pemerintahan Israel Bersatu, Oposisi dan Partai Arab Berkoalisi

Bagi para pendukungnya, Netanyahu merupakan sosok negarawan dunia yang mampu memimpin Israel melalui berbagai tantangan keamanan.

Namun bagi para pengkritiknya, Netanyahu telah menjadi pemimpin otokratis yang menggunakan taktik memecah belah yang kian memperburuk perpecahan dalam masyarakat Israel. Perpecahan itu termasuk ketegangan antara Yahudi dan Arab, dan dalam mayoritas masyarakat Yahudi antara kalangan agamis dan nasionalis.

Melansir AFP, Bennett merupakan seorang nasionalis sayap kanan Yahudi, jutawan teknologi, dan mantan komandan pasukan khusus Israel. Dia dilantik sebagai pemimpin koalisi delapan partai yang sebenarnya terbagi secara ideologis namun disatukan karena kemuakan mereka terhadap Netanyahu.

Baca Juga: Netanyahu Terancam Akibat Koalisi Oposisi dan Partai Arab, Palestina: Kondisinya Tak Akan Berbeda

Di luar gedung Knesset, ratusan pengunjuk rasa yang menyaksikan pemilihan suara melalui layar raksasa, bersorak bertepuk tangan saat pemerintahan baru disahkan. Ribuan warga, sambil melambaikan bendera Israel, merayakan pemerintahan Israel yang baru di Lapangan Rabin di pusat kota Tel Aviv.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden segera mengucapkan selamat pada pemerintahan baru Israel itu.

"Saya berharap dapat bekerja sama dengan Perdana Menteri Bennett untuk memperkuat semua aspek hubungan yang erat dan langgeng antara kedua negara,” kata Biden seperti dikutip dari Kompas.com.

“Israel tidak memiliki teman yang lebih baik daripada AS," pungkas Biden.

Penulis : Vyara Lestari Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU