Remaja yang Rekam Penangkapan dan Pembunuhan Floyd Menangkan Penghargaan Khusus Pulitzer
Kompas dunia | 12 Juni 2021, 09:21 WIBDewan Pulitzer juga mengumumkan pada Jumat (11/6/2021) bahwa Star Tribune of Minneapolis memenangkan penghargaan kategori pelaporan breaking news atas peliputannya dalam kasus pembunuhan Floyd dan peristiwa akibatnya.
Baca Juga: Biden: Semoga Putusan Kasus Pembunuhan George Floyd Adalah Keputusan Yang Tepat
Roy Peter Clark, sarjana senior di Institus Poynter, mengatakan dalam kolom Nieman Lab bulan lalu bahwa Frazier harus memenangkan Pulitzer untuk videonya.
Clark, yang telah menjadi juri Pulitzer selama 5 kali, menyatakan pada Associated Press pada Jumat (11/6/2021) bahwa Frazier seperti jurnalis atau seniman yang telah memenangkan Penghargaan Pulitzer karena berani berdiri membela toleransi, kesetaraan, dan keadilan sosial.
“Di sanalah dia, di usia 17 tahun, semacam saksi atas ketidakadilan dan dia berdiri menghadapi ancaman dan merekam video itu,” tuturnya.
“Akan sulit untuk memilih, bahkan dari antara hasil karya para jurnalis profesional selama beberapa atau berpuluh tahun belakangan, sebuah video berdurasi 10 menit yang memiliki dampak sedalam video gadis muda ini," sambungnya.
Menurut Clark, video Frazier “mengguncang dunia”, menyuarakan kebenaran terhadap kekuasaan, dan memberikan suara bagi mereka yang tak bisa bersuara.
Penghargaan khusus bagi warga dan bukan jurnalis ini terbilang tak biasa, namun bukannya tak pernah terjadi.
Sebelumnya, Dewan Pulitzer pernah memberikan penghargaan khusus pada Charles Porter IV, seorang petugas kredit bank yang mengambil foto seorang petugas pemadam kebakaran menggendong bayi setelah pengeboman Kota Oklahoma pada tahun 1995.
Foto itu kemudian diditribusikan oleh Associated Press hingga terkenal.
Clark menyebutkan, penghargaan khusus yang diterima Frazier mengakui karya luar biasa yang berada di luar kategori tertentu.
Penghargaan ini menempatkan Frazier bersama Ida B. Wells, Aretha Franklin, Bob Dylan dan para karyawan Capital Gazette di Annapolis, Maryland atas respons mereka terhadap peristiwa penembakan di ruang redaksi mereka pada tahun 2018 lalu.
Baca Juga: Sidang Kasus Kematian George Floyd, Kasir yang Melaporkannya Masih Merasa Bersalah
Tahun lalu, Frazier juga menuai penghargaan PEN/Benenson Courage Award oleh PEN America, sebuah organisasi hak asasi manusia dan sastra.
“Dengan bekal tak lebih dari sebuah ponsel dan keberanian belaka, Darnella mengubah jalan sejarah di negeri ini, memicu gerakan berani yang menuntut diakhirinya rasisme dan kekerasan anti kulit hitam sistemik di tangan polisipolisi," ujar CEO PEN America Suzanne Nossel saat itu.
Pada kesaksiannya dalam persidangan Chauvin, Frazier mengatakan pada para juri bahwa ia terkadang berharap melakukan lebih untuk menolong Floyd. Floyd, kata Frazier, bisa jadi salah satu dari orang-orang terdekatnya.
“Ada malam-malam saat saya terjaga, meminta maaf berulang kali pada George Floyd karena tak berbuat lebih, tak beraksi secara fisik dan menyelamatkan nyawanya,” ujar Frazier dalam kesaksiannya.
Baca Juga: Para Saksi Mata Mengaku Trauma Menyaksikan George Floyd Sekarat Hingga Meninggal Dunia
“Tapi, itu bukan yang seharusnya saya lakukan. Itu yang seharusnya ia lakukan,” kata Frazier menyebut Chauvin.
Ketiga personel polisi lainnnya yang terlibat dalam penangkapan Floyd dijadwalkan menghadapi persidangan tahun depan atas tuduhan membantu dan bersekongkol. Bersama Chauvin, mereka didakwa telah melanggar hak-hak sipil Floyd.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV