> >

China Sudah Suntikkan 800 Juta Dosis Vaksin Untuk Rakyatnya, Masih Dianggap Lambat

Kompas dunia | 10 Juni 2021, 07:05 WIB
Foto yang diabadikan pada 23 Desember 2020 ini menunjukkan lini pengemasan vaksin COVID-19 nonaktif di perusahaan biofarmasi China Sinovac Biotech di Beijing, ibu kota China. (Sumber: Xinhua/Zhang Yuwei)

BEIJING, KOMPAS.TV - China hingga Selasa, (08/06/2021) sudah suntikkan lebih dari 800 juta dosis vaksin Covid-19 dalam upaya negara itu menggenjot kampanye vaksinasinya. Xinhua hari Rabu, (09/06/2021) melaporkan, jumlah dosis yang telah diberikan terus meningkat dengan kecepatan tinggi sejak China mencapai angka 100 juta pada 27 Maret.

China hanya membutuhkan 25 hari untuk menyuntikkan 200 juta dosis di seluruh penjuru negeri. Lebih lanjut, hanya butuh lima hari bagi negara itu untuk meningkatkan angka distribusi vaksinnya dari 600 juta dosis menjadi 700 juta.

Sedikitnya 70 persen dari populasi target di China diperkirakan akan sudah menjalani vaksinasi Covid-19 pada akhir tahun ini, menurut seorang pejabat dari Komisi Kesehatan Nasional (National Health Commission/NHC) China.

Wakil Ketua NHC Zeng Yixin mengatakan kepada Xinhua dalam sesi wawancara baru-baru ini bahwa kasus-kasus penularan lokal COVID-19 yang dilaporkan belum lama ini mengindikasikan situasi pencegahan dan pengendalian epidemi di negara itu masih suram.

Seraya menyerukan agar masyarakat tidak ragu tentang vaksinasi, Zeng mengatakan upaya bersama harus dilakukan demi membangun "Tembok Besar Imunisasi".

Baca Juga: Bank Dunia Naikkan Proyeksi Pertumbuhan China Jadi 8,5 Persen Tahun 2021

Botol berisi vaksin Covid-19 Sinopharm buatan China. (Sumber: AP Photo / Nabil al-Jurani)

Total 20 vaksin sudah memasuki tahap uji klinis di China sejak tahun lalu, menurut Zheng Zhongwei, seorang pejabat dari NHC. "China terus memimpin dalam hal jumlah vaksin yang tengah dikembangkan."

Sembari mempercepat vaksinasi domestik serta penelitian dan pengembangan vaksin, China telah memenuhi komitmen seriusnya untuk menjadikan vaksin COVID-19 sebagai "barang publik global," terlepas dari populasinya yang besar dan kurangnya pasokan di negeri sendiri.

Sejauh ini, China sudah menyediakan ratusan juta dosis vaksin COVID-19 untuk masyarakat internasional, termasuk bantuan vaksin untuk lebih dari 80 negara berkembang dan ekspor vaksin ke 40 lebih negara, yang menjadi kontribusi signifikan terhadap aksesibilitas dan keterjangkauan vaksin.

Pekan lalu, vaksin COVID-19 CoronaVac, yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi China Sinovac Biotech, disetujui untuk penggunaan darurat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca Juga: Penelitian di Inggris: Vaksin Pfizer dan AstraZeneca Efektif Lawan Varian Covid-19 Delta dari India

Ilustrasi vaksin Covid-19 Pfizer berbasis mRNA. Kini vaksin Pfizer dapat disimpan di suhu kulkas biasa. FDA telah izinkan penggunaan vaksin mRNA ini pada anak-anak usia 12 tahun hingga 15 tahun. (Sumber: SHUTTERSTOCK/ lupmotion)

Vaksin Sinovac merupakan vaksin kedua dari China yang diikutsertakan dalam Daftar Penggunaan Darurat WHO, menyusul vaksin Sinopharm yang sudah terlebih dahulu disetujui bulan lalu.

Persetujuan itu menjadi bukti kuat bahwa vaksin-vaksin buatan China aman sekaligus efektif, serta menambah kontribusi dalam upaya menjembatani "kesenjangan imunisasi" yang dipicu oleh ketidaksetaraan dalam distribusi vaksin.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kesehatan Global pada akhir Mei lalu, China menjanjikan aksi yang lebih praktis untuk memerangi pandemi di seluruh dunia.

Negara itu kembali menegaskan dukungannya terhadap perusahaan-perusahaan vaksin China dalam mentransfer teknologi ke negara-negara berkembang lainnya serta melaksanakan produksi gabungan bersama mereka.

Penulis : Edwin-Shri-Bimo

Sumber : Kompas TV


TERBARU