Sebut Keamanan Nasional Terancam, Rusia Resmi Keluar dari Perjanjian Open Skies
Kompas dunia | 8 Juni 2021, 12:16 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV – Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin (7/6/2021) menandatangani undang-undang untuk mundur dari perjanjian internasional yang memungkinkan penerbangan pengintaian di atas fasilitas militer. Langkah Putin ini diambil menyusul keluarnya Amerika Serikat (AS) dari pakta tersebut.
Melansir Associated Press, undang-undang itu disahkan oleh parlemen Rusia setelah para pejabat AS memberi tahu Moskow bulan lalu bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden memutuskan untuk tak kembali bergabung ke Perjanjian Open Skies yang ditinggalkan AS di era Presiden Donald Trump.
Saat itu, sebagai kandidat presiden, Biden sempat mengkritik Trump dengan langkah penarikan AS sebagai “berpandangan sempit”. Moskow mengisyaratkan kesiapannya membalikkan prosedur penarikan itu dan tetap tinggal dalam pakta yang dibentuk tahun 1992 itu jika AS kembali bergabung. Tapi kini, tanda tangan Putin menyegel pengunduran diri Rusia, yang akan berlaku dalam enam bulan ke depan.
Baca Juga: Presiden Putin Minta Intelijen MI6 Tidak Mencampuri Hubungan Rusia-Inggris
“AS menarik diri dari perjanjian itu dengan dalih yang dibuat-buat, yang secara signifikan melanggar keseimbangan kepentingan para pihak dalam perjanjian dan mencapai kesimpulan. Dengan demikian, kepatuhan terhadap perjanjian dan pentingnya membangun kepercayaan dan transparansi, rusak. Keamanan nasional Rusia terancam,” papar Kremlin dalam pernyataannya seperti dilansir dari Anadolu pada Selasa (8/6/2021).
“Sehubungan dengan keadaaan ini, keputusan telah dibuat untuk menarik Federasi Rusia dari Perjanjian Open Skies,” kata Kremlin.
Baca Juga: Bahas Hubungan Rusia-AS, Putin akan Bertemu Biden di Jenewa
Putin dan Biden akan menggelar pertemuan di Jenewa, Swiss pada 16 Juni mendatang. Pertemuan itu digelar di tengah meningkatnya ketegangan hubungan antara Rusia dan AS yang mencapai titik terendah pasca Perang Dingin setelah Rusia mencaplok Semenanjung Krimea milik Ukraina di tahun 2014. Sejumlah isu lain juga menerpa, seperti saat Rusia dituding ikut campur tangan dalam pemilu AS dengan serangan peretasan.
Perjanjian Open Skies dirancang untuk membangun kepercayaan antara Rusia dan negara-negara Barat dengan mengizinkan lebih dari tiga lusin penanda tangan perjanjian itu untuk melakukan penerbangan pengintaian di atas wilayah negara peserta untuk mengawasi penempatan pasukan dan kegiatan militer lainnya. Lebih dari 1.500 penerbangan telah dilakukan di bawah perjanjian yang berlaku sejak tahun 2002 itu. Langkah ini membantu mendorong transparansi dan memantau perjanjian pengendalian senjata.
Tahun lalu, Trump menarik diri dari pakta itu. Menurut Trump saat itu, pelanggaran-pelanggaran yang dibuat Rusia membuat AS tak lagi bisa menjadi bagian dari pakta perjanjian itu. AS menyelesaikan penarikannya pada November tahun lalu.
Baca Juga: Presiden Putin Menjamu Presiden Belarusia Alexander Lukashenko di Yacht pribadinya
Rusia sendiri membantah melakukan pelanggaran, berdalih bahwa sejumlah pembatasan penerbangan pengawasan yang diberlakukan di masa lalu, diizinkan di bawah perjanjian. Rusia juga mencatat bahwa AS memberlakukan lebih banyak pembatasan pada penerbangan pengawasan di atas wilayah Alaska.
Sebagai syarat untuk tetap berada dalam pakta setelah penarikan AS, Moskow tidak berhasil mendapat jaminan dari sekutu NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) bahwa mereka tidak akan menyerahkan data yang dikumpulkan selama penerbangan pengawasan mereka di atas langit Rusia pada AS.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV