Sejumlah Fakta Terkait Tragedi Lomba Lari Berujung Petaka yang Menewaskan 21 Orang di China
Kompas dunia | 24 Mei 2021, 07:52 WIBBEIJING, KOMPAS.TV – Hingga kini tim penyelidik masih menyelidiki penyebab insiden tewasnya 21 pelari dalam lomba ultramaraton di kawasan Hutan Batu Sungai Kuning di Baiyin di Provinsi Gansu, China pada Sabtu (22/5/2021). Peristiwa terjadi setelah hujan deras, hujan es dan angin kencang menghantam sebagian area rute lomba lari itu.
Setelah operasi penyelamatan yang melibatkan lebih dari 700 personil digelar selama sepanjang malam dengan suhu yang membekukan tulang, tim berhasil mengonfirmasi bahwa dari total 172 peserta lomba, 151 orang dinyatakan selamat.
Kantor berita Xinhua melaporkan, para pelari yang selamat mengalami kelelahan fisik dan penurunan suhu yang tiba-tiba.
Baca Juga: Lomba Lari Maraton Berujung Petaka di China, 21 Pelari Tewas karena Cuaca Ekstrem dan Longsor
Melansir Associated Press, Minggu (23/5/2021), terkait lomba lari ultramaraton itu, berikut sejumlah fakta yang mengemuka:
- Di kawasan pegunungan di ketinggian sekitar 2.000 – 3.000 meter di atas permukaan laut, para pelari melintasi sebuah jalan setapak yang sangat sempit.
- Para peserta lomba lari ultramaraton bukanlah pelari pemula. Salah seorang pelari yang meninggal dunia adalah Liang Jing, yang telah memenangkan lomba lari 100 kilometer di Ningbo, menurut harian Paper yang bermarkas di Shanghai.
- Menurut salah seorang anggota penyelenggara lomba, Gansu Shengjing Sports Culture Development Co, seperti dikutip dari Beijing News, tak ada prediksi cuaca ekstrim pada hari perlombaan. Namun, Pusat Informasi Peringatan Dini Nasional cabang Baiyin telah memperingatkan adanya hujan es dan angin kencang yang melanda selama tiga hari belakangan.
- Penyelenggara lomba terhitung berpengalaman. Menurut salah seorang peserta lomba yang berhasil selamat, sebelumnya pihak penyelenggara telah menggelar lomba lari serupa selama 4 kali.
- Cuaca ekstrim yang terjadi secara tiba-tiba membuat para pelari terkejut. Lantaran tidak menduga adanya cuaca ekstrim, para pelari tidak mempersiapkan diri dengan perlengkapan kondisi musim dingin. Banyak para peserta yang hanya mengenakan atasan berlengan pendek.
Seorang pelari yang berhasil selamat karena memutuskan kembali di tengah jalan, menceritakan kisahnya.
“Saya berlari selama 2 kilometer sebelum perlombaan untuk pemanasan. Tapi ada fakta yang mengganggu. Bahkan setelah saya melakukan pemanasan dengan berlari sejauh 2 kilometer, tubuh saya tak juga memanas,” tutur sang pelari dalam akun WeChat-nya.
Baca Juga: Pelari Kenya Juarai Lomba Lari Internasional 10 Km
Ia juga menambahkan, ramalan cuaca sehari sebelum perlombaan tidak menyebutkan adanya cuaca ekstrim yang mereka temui. Bagian rute lomba paling sulit terletak di kilometer 24 hingga 36, karena pelari harus melintasi jalur terjal menanjak dengan ketinggian sekitar 1.000 meter. Di jalur itu hanya ada bebatuan dan pasir, dan jari-jemarinya, kata si pelari, mengalami mati rasa karena suhu yang teramat dingin.
Saat ia memutuskan kembali, sang pelari sudah merasa linglung. Ia berhasil selamat karena bertemu dengan tim penyelamat di tengah jalan.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV