Pandemi Covid-19 Bakal Lebih Parah di 2021, Ini Alasannya
Kompas dunia | 15 Mei 2021, 20:44 WIBJENEWA, KOMPAS.TV - Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan, pandemi Covid-19 di tahun 2021 ini bisa lebih parah dari tahun 2020.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan, akses vaksin Covid-19 yang tak merata dapat menjadi pemicu wabah lebih parah.
“Covid-19 telah menewaskan lebih dari 3,3 juta jiwa dan kita berada dalam perjalanan pandemi tahun kedua yang bisa menjadi jauh lebih mematikan daripada tahun pertama,” ujar Tedros dalam pidato pada Jumat (14/5/2021), dilansir dari Straits Times.
Baca Juga: Hati-Hati, 3 Strain Baru Covid-19 Banyak Menyebar di 4 Provinsi Ini
Tedros terutama menghimbau negara-negara kaya untuk menyumbang ke aliansi distributor vaksin gratis Covax.
“Saya mengerti mengapa beberapa negara ingin memvaksinasi anak-anak dan remaja mereka, tetapi sekarang saya mendorong mereka untuk mempertimbangkan kembali dan sebagai gantinya menyumbangkan vaksin untuk Covax,” kata Tedros, dilansir dari who.int.
Sejak dibentuk, skema Covax ini dilaporkan sudah mengirim 59 juta dosis vaksin virus corona ke 122 negara peserta.
Menurutnya, kelompok anak-anak dan remaja adalah kelompok dengan risiko kecil. Kelompok dengan risiko terbesar mengidap Covid-19 adalah para tenaga kesehatan.
“Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah, pasokan vaksin belum cukup untuk mengimunisasi petugas kesehatan dan perawatan, sementara rumah sakit dibanjiri oleh pasien-pasien yang sangat membutuhkan perawatan untuk menyelamatkan nyawa,” imbuh Tedros.
Baca Juga: Ketua Satgas Covid-19 Ingatkan Tempat Wisata Terapkan Prokes, Berharap Agustus Bebas Corona
Tedros membeberkan, negara-negara miskin hanya menerima 0,3% dari total persediaan vaksin Covid-19 di seluruh dunia.
Negara-negara miskin ini pun menghadapi lonjakan kasus positif baru dan kematian karena Covid-19.
“Bukan hanya India yang memiliki kebutuhan darurat. Nepal, Sri Lanka, Vietnam, Kamboja, Thailand, dan Mesir hanya sebagian dari negara-negara yang menghadapi lonjakan kasus dan rawat inap,” ungkap Tedros.
Lonjakan kasus serupa juga terjadi di benua Amerika Selatan dan Afrika. Bahkan Amerika Selatan minggu lalu mencatatkan 40% kematian karena Covid-19 dari total kematian di seluruh dunia.
“Menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian dengan kombinasi tindakan kesehatan masyarakat dan vaksinasi - bukan salah satunya - adalah satu-satunya jalan keluar dari pandemi,” tegas Tedros.
Baca Juga: Ini Jadwal dan Harga 3 Jenis Vaksin untuk Program Vaksinasi Gotong Royong
Meski begitu, ia mengaku optimistis berbagai inovasi dapat menyelesaikan pandemi Covid-19. Salah satunya, berupa platform uji coba klinis skala besar di seluruh dunia untuk mempercepat pengobatan dan vaksinasi.
“Menonton berita terkadang, tampaknya masalah dunia tidak dapat diselesaikan, tetapi saya ingin Anda tahu bahwa WHO akan terus berjuang untuk membela hak kesehatan semua orang di mana pun di dunia,” ujar Tedros.
Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV