> >

Mengenal Mae Klong, "Pasar Membahayakan Hidup" di Thailand yang Berdiri Persis di Samping Rel Kereta

Kompas dunia | 14 Mei 2021, 18:52 WIB
Pasar Mae Klong di samping rel kereta di Provinsi Samut Songkhram, Thailand. (Sumber: Youtube/Francesco Calboli)

MUENG, KOMPAS.TV - Berbelanja ke pasar bisa jadi pengalaman menantang di Distrik Mueng, Provinsi Samut Songkhram, Thailand. 

Hal ini bisa dirasakan saat berkunjung ke pasar bernama Pasar Rel Kereta Mae Klong. 

Pasar ini terletak di dekat stasiun Mae Klong. Lapak-lapak pasar ini mulai buka sekitar pukul 06.00 sampai pukul 18.00.

Baca Juga: Kisah Mbah Sadiman Hijaukan 250 Hektar Lahan Gersang, Sempat Disebut “Gila”

Para pedagang di pasar ini menjajakan berbagai barang, mulai makanan laut, buah-buahan, sayur-mayur, makanan basah dan kering, daging, hingga suvenir. 

Berbeda dengan pasar biasa, pasar Mae Klong terletak persis di sebelah rel kereta. Melansir tourismthailand.org, pasar Mae Klong ini merentang sekitar lebih dari 100 meter di tepi rel kereta.

Karena keunikan itu, pasar ini punya julukan, yaitu “Siang Tai” Market yang berarti Pasar Membahayakan Hidup.

Julukan itu memang tak bohong. Setiap harinya, pasar ini dilewati kereta hingga 8 kali, yaitu pada pukul 06.20, 08.30, 09.00, 11.10, 11.30, 14.30, 15.30, dan pukul 17.40 waktu setempat.

“Saat kereta datang, kami harus memperkirakan jarak antara kami dengan kereta. Dan kami harus menyingkirkan barang-barang dengan cepat karena kami hanya punya waktu sekitar 5 menit untuk memindahkannya,” ujar Pismai Phromsang (53), seorang pedagang di Pasar Mae Klong.

Kereta-kereta ini lewat hanya berjarak beberapa sentimeter dari barang-barang dagangan serta para penghuni pasar. Sekilas, kereta juga bisa terlihat seperti akan melindas barang-barang dagangan. 

Akan tetapi, setelah kereta lewat, terlihat tak ada barang yang rusak karena kereta. Pasar Mae Klong pun kembali beraktivitas seperti sedia kala.

Baca Juga: Penganut Islam Aboge di Banyumas Rayakan Idulfitri Hari Ini

Para pedagang di pasar Mae Klong umumnya memasang terpal untuk melindungi diri dan dagangan dari panas matahari.

Saat kereta lewat, para pedagang buru-buru menarik terpal-terpal itu agar tak menghalangi laju kereta.

Karena hal itu kerap terjadi, orang-orang sekitar pun menjuluki pasar ini sebagai “Hoop Rom” Market yang berarti Pasar Tutup Terpal.

Bagi para pedagang pasar, hal ini tentu pemandangan biasa. Namun, bagi orang luar hal ini menarik perhatian.

Sebab itu, banyak turis datang jauh-jauh dari luar Thailand salah satunya untuk mengunjungi pasar Mae Klong ini.

“Sekitar 10 ribu turis berkunjung ke sini tiap hari. Sebagian besarnya orang China,” kata Phromsang, dilansir dari kanal YouTube South-China Morning Post.

Baca Juga: Pantang Pulang Sebelum Corona Tumbang, Ini Kisah Perawat RSDC Wisma Atlet

Berjualan di dekat rel kereta tentu berisiko. Phromsang menuturkan, pada 2018 seorang turis meninggal karena kecelakaan kereta.

“Ia sedang selfie dengan latar kereta saat kereta itu mendekat. Kereta menarik tali ranselnya dan menyeretnya. Turis itu meninggal di rumah sakit,” tutur Phromsang.

Pasar Mae Klong sendiri tidak sejak dulu berada di pinggir rel kereta. Lokasi pasar itu dulunya digunakan sebagai tempat sampah atau jalan tikus.

“Saat aku kecil, aku bermain di sekitar sini. Saat itu, tidak ada apa-apa di sini karena lapak-lapak pedagang masih ada di dalam,” beber Phromsang.

Melansir Culture Trip, pemerintah Thailand membangun rel kereta belakangan.

Pembangunan sarana transportasi umum itu demi mempermudah distribusi hasil tangkapan laut dari provinsi teluk itu ke seluruh Thailand.

Baca Juga: Marhaen Djumadi Plt Bupati Nganjuk: Saya Bukan Pejabat, Tapi Pelayan Rakyat

Namun, pembangunan rel kereta itu tepat melewati pasar Mae Klong. Kondisi ini tentu berbahaya. Meski begitu, Phromsang mengaku tak ingin pindah.

“Walaupun berjualan di rel kereta tak senyaman berjualan di dalam ruangan, kami sudah berada di sini lebih dari 30 tahun. Kami harus tetap berjualan karena ini tempat kami. Kami lah yang pertama pindah ke sini,” pungkas Phromsang

Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Eddward-S-Kennedy

Sumber : Kompas TV


TERBARU