Program PBB COVAX Pastikan Beli 500 Juta Dosis Vaksin Covid-19 untuk Negara Miskin
Kompas dunia | 3 Mei 2021, 22:05 WIBJENEWA, KOMPAS.TV - Perusahaan bioteknologi Amerika Serikat Moderna akan menyediakan hingga 500 juta dosis vaksin Covid-19 untuk program COVAX yang didukung PBB.
Seperti dilansir Associated Press, Senin (3/5/2021), jumlah dosis vaksin tersebut, 34 juta dosis pertama akan diluncurkan tahun ini pada kuartal keempat, sedangkan mayoritas 466 juta dosis rencananya dikirim tahun depan.
Vaksin akan dikirim ke orang-orang yang membutuhkan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, tetapi pengiriman tidak akan dimulai sampai kuartal keempat.
Perjanjian pembelian di muka oleh Gavi, Aliansi Vaksin, datang hanya beberapa hari setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan persetujuan darurat untuk vaksin Moderna, sehingga membuka jalan untuk dimasukkan dalam program COVAX yang didukung PBB.
Gavi, kemitraan publik-swasta yang berbasis di Jenewa, berusaha keras untuk mencapai kesepakatan dengan pembuat vaksin.
Pada saat yang sama mereka mencoba membujuk negara-negara kaya yang telah mendapatkan jutaan dosis - beberapa di antaranya bahkan tidak mereka gunakan - untuk menyumbangkannya kepada negara-negara yang lebih miskin.
Baca Juga: Pangeran Harry dan Meghan Pimpin Upaya Penggalangan Dana Konser Pendistribusian Vaksin Covax
Juga pada hari Senin, Vaccine Alliance mengumumkan pemerintah Swedia telah berkomitmen untuk menyumbangkan 1 juta dosis vaksin Oxford-AstraZeneca untuk membantu COVAX segera mengatasi penundaan pasokan jangka pendek.
Moderna telah membuat kesepakatan dan mengirimkan pasokan ke banyak negara kaya, yang telah menerima jutaan dosis vaksin mereka.
WHO telah berulang kali mengecam kurangnya pemerataan akses terhadap vaksin Covid-19.
Stephane Bancel, CEO Moderna, menyatakan dukungan untuk misi COVAX dan menyebut kesepakatan itu sebagai tonggak penting untuk memastikan akses ke vaksinnya di seluruh dunia.
“Kami menyadari bahwa banyak negara memiliki sumber daya yang terbatas untuk mengakses vaksin Covid-19,” kata Bancel dalam sebuah pernyataan.
"Kami tetap berkomitmen untuk melakukan segala yang kami bisa untuk mengakhiri pandemi yang sedang berlangsung ini dengan vaksin mRNA Covid-19 kami.”
Perusahaan mengatakan dosis yang ditawarkan dengan harga berjenjang tingkat terendah di Moderna, sejalan dengan komitmen akses global perusahaan, tanpa menyebutkan secara spesifik.
Baca Juga: Menkes: Indonesia Dapat 54 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Gratis dari GAVI
Gavi tidak memberikan persyaratan finansial, tetapi mengatakan harga per dosis vaksin untuk COVAX pada akhirnya akan dipublikasikan.
Banyak ahli mengatakan krisis Covid-19 sekarang akut, dengan India khususnya menghadapi lonjakan kasus yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Vaksin Moderna secara umum dianggap paling efektif sejauh ini dalam memerangi varian baru seperti yang menyebar di India.
Seth Berkley, CEO Gavi, yang merupakan kemitraan publik-swasta, memuji akses ke vaksin yang disebut cukup manjur untuk memerangi Covid-19.
"Memperluas dan memiliki portofolio yang beragam selalu menjadi tujuan inti COVAX, dan untuk tetap dapat beradaptasi dalam menghadapi pandemi yang terus berkembang ini - termasuk meningkatnya ancaman yang ditimbulkan oleh varian baru,"
Dengan pengaturan tersebut, Moderna dapat bergabung dengan peluncuran COVAX yang sudah memasukkan vaksin dari Oxford-AstraZeneca, yang sejauh ini memiliki peran terbesar dalam program tersebut, dan Pfizer-BioNTech yang telah berkomitmen dengan dosis yang jauh lebih sedikit.
Pasokan vaksin AstraZeneca untuk COVAX yang diproduksi di India telah dibatasi dalam beberapa bulan terakhir karena pemerintah New Delhi dan subkontraktor utama India - Serum Institute of India - mengalihkan sebagian besar produksinya untuk memerangi wabah yang menghancurkan di dalam negeri.
Baca Juga: WHO: Varian Virus India Terdeteksi Setidaknya di 17 Negara
Koalisi untuk Kesiapsiagaan dan Inovasi Epidemi, kemitraan publik-swasta yang mengelola COVAX bersama Gavi dan WHO, melakukan investasi awal ke dalam vaksin Moderna saat pandemi muncul.
Hubungan resmi pertama antara perusahaan dan program terjadi hampir 18 bulan setelah pandemi terjadi.
WHO memberi izin penggunaan darurat untuk vaksin Moderna, yang diumumkan Jumat malam, namun memakan waktu berbulan-bulan karena penundaan yang dihadapi WHO dalam mendapatkan data dari pabrikan.
Banyak negara yang tidak memiliki penilaian medis yang mumpuni harus bergantung pada daftar WHO untuk memutuskan bilamana akan menggunakan vaksin.
Badan PBB untuk anak-anak, UNICEF, juga menggunakan daftar tersebut untuk menyebarkan vaksin dalam keadaan darurat seperti pandemi.
Desakan Gavi untuk memberikan vaksin ke negara-negara miskin - terutama karena penundaan pasokan dari India - mendapat dorongan ketika pemerintah Swedia mengumumkan rencana untuk mendonasikan 1 juta dosis vaksin AstraZeneca ke India melalui COVAX.
“Kami perlu melakukan segala yang kami bisa untuk menghadapi pandemi ini dan melawannya di seluruh dunia,” Per Olsson Fridh, Menteri Kerja Sama Pembangunan Internasional negara Skandinavia, mengatakan kepada penyiar SVT Swedia.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV