> >

Gerak Serempak Tari Saman Meriahkan UNESCO International Dance Day di Selandia Baru

Kompas dunia | 2 Mei 2021, 19:38 WIB
Sanggar tari Caraka Seni menampilkan tari Saman di UNESCO International Dance Day di Museum Te Papa Tongarewa, Wellington, Selandia Baru, Minggu (2/5/2021) (Sumber: Dewi Yahya)

“Tahun lalu seharusnya peringatan ke-20 International Dance Day dan penyelenggara berencana akan membuat acara yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dan hanya mengundang kelompok tari yang merupakan favorit bagi mereka."

"Kami mendapat kehormatan untuk tampil dalam peringatan ke-20 International Dance Day, tapi karena tahun lalu acara ini ditiadakan, acaranya baru terselenggara tahun ini,” ujar Alia.

Alia melanjutkan, karena peringatan UNESCO International Dance Day tahun ini cukup istimewa, pihak penyelenggara meminta secara khusus agar Caraka Seni membawakan tari Saman.

Satya Duhita (Ayu), kiri, dan Alia Krismon, kanan, yang merupakan pendiri Caraka Seni ketika ditemui Kompas TV di Museum of New Zealand Te Papa Tongarewa, Wellington, Minggu (2/5/2021). (Sumber: Tussie Ayu)

“Kami dihubungi pihak penyelenggara sejak November 2019 untuk dapat tampil di International Dance Day dan mereka meminta kami membawakan tari Saman. Karena mereka masih terkesan dan terngiang-ngiang ketika Caraka Seni membawakan tari Saman delapan tahun lalu,” tambah Alia.

Setelah tertunda selama satu tahun, akhirnya Caraka Seni kini dapat membawakan tari Saman ke hadapan publik Selandia Baru dengan megah.

Untuk mempersiapkan tari Saman di acara istimewa ini, diakui Ayu bukanlah perkara mudah. Para penari telah berlatih selama tiga bulan di sela-sela kesibukan mereka.

Ayu menceritakan, para penari Caraka Seni bukanlah penari profesional. Sebagian besar anggotanya merupakan pelajar Indonesia, karyawan atau ibu rumah tangga.

Bahkan Ayu sendiri berprofesi sebagai seorang enterprise risk and quality specialist di Ministry of Business, Innovation and Employment. Sedangkan Alia merupakan seorang IT project manager di sebuah perusahaan IT di Selandia Baru.

Tantangan lain yang dihadapi Caraka Seni adalah, mereka tidak memiliki penari tetap. Setiap tahun penari-penari mereka silih berganti seiring datang dan perginya masyarakat Indonesia di Wellington. Masalah pendanaan pun mereka lakukan secara swadaya dengan bergotong royong untuk mencari dana operasional.

“Yang paling sulit itu mencari kostum, karena tidak bisa dibeli di sini, kita belinya langsung dari Indonesia. Kami melakukan fund raising, melakukan pementasan untuk mendapatkan dana untuk membeli kostum,” ujar Alia.

Namun demikian, nyatanya Caraka Seni mampu bertahan selama hampir 10 tahun dan telah melewati berbagai aral yang melintang.

Baca Juga: Selandia Baru Buka Klinik Vaksinasi Besar, Akan Gunakan Pfizer Untuk Semua Penduduk

“Saya pikir hal utama yang membuat kami bisa bertahan adalah karena kami semua tahu apa tujuan kami berada di Caraka Seni. Kami ingin mempelajari tari Indonesia dan kami ingin menunjukkan tari dan budaya Indonesia kepada masyarakat Selandia Baru,” ujar Ayu.

Pada akhirnya, kecintaan akan tari dan budaya Indonesia menjadi pemersatu bagi Caraka Seni untuk terus mempentontonkan budaya Indonesia di Selandia Baru.

Penulis : Tussie Ayu Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU