Pekerja Migran di Hong Kong Kritik Wajib Vaksinasi Covid-19, Disebut Diskriminatif dan Tidak Adil
Kompas dunia | 2 Mei 2021, 07:15 WIBPara pejabat mengatakan pekerja rumah tangga dianggap "berisiko tinggi" karena mereka masuk dari luar negeri dan sering berkumpul di luar ruangan dalam jumlah besar pada hari Minggu - satu hari libur mereka dalam seminggu.
Mereka juga cenderung merawat orang tua dan orang yang rentan.
Sekretaris tenaga kerja Hong Kong, Law Chi-kwong, membela keterkaitan antara visa pekerja rumah tangga dengan vaksinasi. "Tentu saja mereka dapat memilih untuk tidak bekerja di Hong Kong, karena mereka bukan penduduk Hong Kong," kata Law.
Baca Juga: Hong Kong Kembali Gunakan Vaksin Pfizer Usai Penangguhan Selama 12 Hari karena Kemasan Rusak
Ibu Eni Lestari, ketua Aliansi Migran Internasional, menggambarkan komentar tersebut sebagai "tidak adil dan mengejutkan".
"Banyak pengusaha juga tidak mendapatkan vaksinasi karena alasan kesehatan, pribadi atau bahkan politik, jadi mereka tidak akan memaksa pekerjanya untuk divaksinasi," katanya kepada AFP seperti dilansir Straits Times.
Kelompok migran juga menunjukkan migran asing yang lebih kaya - seperti pekerja keuangan kerah putih kota - tidak dipaksa untuk mendapatkan vaksin.
Hong Kong yang kaya telah mendapatkan banyak dosis vaksin tetapi banyak yang memiliki keraguan untuk menjalani vaksinasi.
Sejauh ini hanya 12 persen dari 7,5 juta penduduk kota telah menerima satu atau lebih dosis, jauh dari 60-70 persen yang dibutuhkan untuk kekebalan kelompok atau herd immunity .
Berkat tindakan karantina yang ketat dan aturan jarak sosial yang menyakitkan secara ekonomi, Hong Kong sejauh ini berhasil menghadang infeksi hingga tidak lebih dari 11.000.
Penulis : Edwin-Shri-Bimo
Sumber : Kompas TV