> >

Kerap Siksa Putrinya karena Tak Mampu Capai Standar yang Diinginkan, Hak Asuh Ibu Ini Dicabut

Kompas dunia | 23 April 2021, 16:02 WIB
Ilustrasi penyiksaan anak. (Sumber: Shutterstock Via Kompas.com)

JIANGSU, KOMPAS.TV - Hak asuh seorang ibu di China dicabut pengadilan setelah sering menyiksa dan melecehkan putrinya yang berusia 12 tahun.

Hal itu dilakukan ibu di Nantong, Jiangsu tersebut karena sang putri tak mampu mencapai standar yang diinginkannya dalam belajar.

Dilaporkan China Press seperti dikutip dari World of Buzz, pengadilan memutuskan nenek dari sang anak akan menjadi walinya yang sah.

Baca Juga: Elon Musk Janjikan Rp1,4 Triliun bagi yang Bisa Menghilangkan Karbon Dioksida di Atmosfer Bumi

Sang putri bernama Jiajia, saat ini duduk di kelas enam sekolah dasar (SD).

Ketika ia berusia empat tahun, orang tuanya bercerai dan sang ibu yang mendapat hak asuh.

Meski kakek dan nenek Jiajia tak tinggal dengannya, mereka kerap menjemputnya dari sekolah.

Baca Juga: Viral Video Petugas Kereta Api Selamatkan Seorang Anak yang Terjatuh di Rel, Nyaris Tersambar Kereta

Namun pada 2018, nenek Jiajia melihat cucunya itu memiliki luka di wajah dan tubuhnya.

Mereka kemudian menanyai Jiajia, dan sang anak pun mengakui ibunya kerap memberikan tambahan pekerjaan rumah.

Jika ia tak mampu menyelesaikannya tepat waktu, ibunya kerap menyiksa secara verbal dan bahkan memukulinya.

Baca Juga: Kebakaran di Rumah Sakit Khusus Covid-19 di India, 13 Pasien Tewas

Pada April 2020, ibu Jiajia bahkan melempar buku ke kepalanya karena ia tak membaca teks dengan benar.

Hal itu membuat wajah dan dahi Jiajia terluka.

Melihat itu, nenek Jiajia langsung menghubungi polisi untuk meminta pertolongan.

Namun karena cederanya tak parah, polisi hanya memberikan sang ibu surat peringatan untuk tak melakukan kekerasan domestik.

Baca Juga: Jutaan Warga Myanmar Mengungsi, Kelaparan Mengintai

Tapi suratnya itu rupanya tak menghentikan sang ibu untuk menyiksa Jiajia.

Pada 2021, ia mencakar wajah Jiajia karena tak menyelesaikan tes makalahnya.

Baca Juga: Penemuan Arena Gladiator Berusia 1.800 Tahun di Turki, Bisa Menampung 20.000 Penonton

Bahkan pada Maret lalu ia menggunakan spatula untuk memukul tangan Jiajia karena tak menyelesaikan pekerjaannya.

Ia bahkan memaksa Jiajia untuk menguasai bahasa Inggris level mahasasiwa dan akan memukul dan memarahinya jika ia tak puas.

Nenek Jiajia mengatakan, ia sering dihubungi oleh sang anak di malam hari karena tak memiliki apa pun untuk dimakan.

Baca Juga: 7 Tahun Peringatan Tragedi Kapal Sewol, Presiden Moon Jae-in akan Tetap Lakukan Investigasi

Selain itu, penyiksaan dan pemukulan yang dialami Jiajia membuatnya tersiksa secara fisik dan mental.

Hal itu membuatnya tak ingin lagi untuk pergi bersekolah.

Sebelumnya, ayah Jiajia pernah diminta untuk mengasuh sang anak, namun ia tak mampu mengambil tindakan karena mengaku tak memiliki tempat tinggal permanen.

Baca Juga: Aktivis Wanita Arab Saudi Ungkap Alami Pelecehan Seksual dan Penyiksaan saat Diinterogasi

Ia pun diangkap tak bisa memiliki jaminan untuk memberikan hidup yang baik bagi Jiajia.

Nenek Jiajia kemudian melakukan tuntutan kepada sang ibu, karena ia tak mampu melakukan tugasnya sebagai wali Jiajia.

Pengadilan pun kemudian mengabulkan permintaan nenek Jiajia dan meresmikannya sebagai walinya yang sah.

Penulis : Haryo Jati Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU