Sebelum Ever Given Kandas, Perang dan Serangan Pemberontak pun Pernah Terjadi di Terusan Suez
Kompas dunia | 28 Maret 2021, 23:45 WIBTERUSAN SUEZ, KOMPAS.TV – Sejak dibuka pada tahun 1896, Terusan Suez di Mesir telah menjadi sumber kebanggaan nasional dan fokus konflik internasional. Kanal yang menghubungkan Laut Merah dan Laut Mediterania melalui sebuah jalur sempit ini merupakan salah satu jalan pintas maritim terbaik dunia, karena mampu memangkas jarak perjalanan Asia – Eropa hingga ribuan kilometer.
Kini, Terusan Suez kembali menjadi sorotan dunia karena kandasnya kapal kargo raksasa Ever Given di jalur tunggal bagian selatan kanal ini sejak Selasa (23/3/2021). Insiden ini membuat lalu lintas kanal – yang transaksinya mencapai hingga USD9 miliar (atau setara dengan Rp130 triliun) per hari – terhenti, dan mengganggu jaringan pengiriman global yang sudah terdampak pandemi Covid-19.
Ratusan kapal yang menanti untuk melintasi kanal ini menumpuk dalam kemacetan kolosal. Memutari Tanjung Harapan di ujung selatan benua Afrika jadi salah satu pilihan yang layak dipertimbangkan bagi ratusan kapal-kapal ini.
Baca Juga: Viral Truk Kontainer Evergreen Blok Jalan Tol, Netizen Sebut Mirip Kapal Kargo di Terusan Suez
Hampir sekitar 19.000 kapal melintasi Terusan Suez tahun lalu, mengangkut lebih dari 10% muatan perdagangan dunia, termasuk 7% pasokan minyak dunia. Kendati penutupan kanal selama ini belum pernah terjadi sebelumnya, gangguan semacam ini sebenarnya bukan hal baru.
Berikut sejumlah insiden yang pernah terjadi di Terusan Suez seperti dirangkum dari The Associated Press, Minggu (28/3/2021):
Krisis Suez
Pada tahun 1956, Presiden Mesir saat itu, Gamal Abdel Nasser menasionalisasikan Terusan Suez. Peristiwa yang dirayakan oleh rakyat Mesir sebagai simbol pemberontakan atas imperialisme Eropa ini mendorong Inggris, Prancis dan Israel untuk melakukan intervensi militer dan menduduki wilayah kanal.
Selagi perang berkecamuk, kapal-kapal yang tenggelam pun menyumbat kanal selama berbulan-bulan. Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet, yang terang-terangan menentang invasi, akhirnya memaksa ketiga negara itu untuk mundur.
Mesir dapat kembali membuka kanal pada Maret 1957, dan kawasan sekitar Mesir memaknai peristiwa ini sebagai kemenangan bagi nasionalisme negara-negara Arab.
Perang Timur Tengah Tahun 1967
Satu dekade kemudian, saat pecah perang Timur Tengah di tahun 1967, Mesir menutup Terusan Suez bagi pengiriman internasional saat tentara Israel menyerang kawasan kanal dan menduduki Semenanjung Sinai. Kali ini, kanal ditutup selama 8 tahun.
Banyaknya ranjau, bom dan kapal yang tenggelam saat itu, membuat jalur air itu menjelma menjadi semacam benteng parit dalam perang. Hanya setelah melalui rangkaian pembicaraan damai dengan Israel-lah, pengganti Nasser, yakni Presiden Mesir Anwar Sadat, bisa membuka kembali jalur air itu di tahun 1975.
Baca Juga: 320 Kapal Menumpuk di Terusan Suez, Dua Tugboat Tambahan Dikerahkan untuk Mengeluarkan Ever Given
Selama penutupan, lebih dari selusin kapal kargo terdampar di tengah-tengah kanal di Danau Bitter Besar. Penutupan kanal pada waktu itu menimbulkan kerugian perdagangan yang hilang dan ongkos kirim yang meroket hingga senilai USD1,7 miliar (atau setara dengan Rp24 triliun) bagi dunia. Mesir sendiri kehilangan pendapatannya senilai USD250 juta (atau setara Rp3,6 triliun).
Penutupan kanal memaksa kapal-kapal yang menuju Eropa menghindari Terusan Suez dengan memutari ujung selatan Afrika. Ini, memicu para pengusaha kapal membuat hitung-hitungan ekonomi dengan mengembangkan kapal-kapal super tanker yang ukurannya semakin besar.
Tren ini, ironisnya, membuat ukuran kapal-kapal pun membengkak hingga seukuran Ever Given yang kandas.
Target Serangan Kelompok Militan
Terusan Suez memisahkan daratan utama Mesir dari Semenanjung Sinai yang bergejolak, tempat militer Mesir selama bertahun-tahun memerangi para pemberontak yang dipimpin oleh afiliasi lokal kelompok teroris ISIS. Kekerasan yang terjadi terancam meluas dan mengganggu perdagangan dunia.
Pada musim panas tahun 2013, kelompok militan yang berbasis di Sinai, Brigade Furqan menyerang dua kapal di kanal dengan granat berpeluncur roket hingga menyebabkan sedikit kerusakan. Sejauh ini, kendati telah berulang-ulang berjanji hendak menyerang kanal, para militan Mesir gagal menggoyang lalu lintas maritim di sana.
Sejumlah Kapal pun Pernah Kandas
Insiden kapal kandas di Terusan Suez, bukan sekali ini terjadi. Sebelumnya, sejumlah kapal lain pun pernah kandas saat melintasi jalur air sempit itu, yang bisa sulit dinavigasi saat jarak pandang memburuk.
Insiden pertama dilaporkan terjadi pada tahun 1937, saat angin kencang dan hujan deras membuat kapal penumpang milik Inggris, Viceroy of India, menabrak tepi kanal hingga menghentikan lalu lintas kanal selama sehari.
Selama seabad, sejumlah kapal kargo telah menabrak atau menutup kanal dalam waktu singkat selama hingga tiga hari, termasuk sebuah kapal tanker minyak milik Yunani di tahun 1954 dan kapal tanker Rusia di tahun 2004. Sebuah kapal kontainer yang mogok di tahun 2018 telah menimbulkan sejumlah tabrakan dengan kapal-kapal lainnya.
Baca Juga: Kapal Kargo Ever Given Masih Nyangkut di Terusan Suez, Ini Detail Upaya Pembebasannya
Pada seluruh kasus, kandasnya kapal-kapal tersebut dapat diatasi dengan cepat. Tak pernah terjadi sebelumnya, sebuah kapal kandas melintang di tengah kanal dan terjadi selama berhari-hari, seperti Ever Given.
Kapal Kargo Ever Given
Kapal kargo raksasa sebesar 4 kali lapangan bola berbendera Panama milik Jepang ini nyangkut pada Selasa (23/3/2021) lalu di jalur tunggal kanal bagian selatan di dekat Laut Merah. Operator kapal berkeras bahwa angin kencang dan badai pasir menjadi penyebab kandasnya kapal, namun penyebab pastinya masih belum bisa dipastikan.
Pihak berwenang Mesir menyebut pada Sabtu (27/3/2021), bahwa kesalahan manusia kemungkinan menjadi salah satu faktor penyebab.
Baca Juga: Kepala Otoritas Suez Mesir: Angin Bukanlah Faktor Utama Terjebaknya Kapal Ever Given di Terusan Suez
Pada Minggu (28/3/2021), satu skuadron kapal tunda dan pengeruk terus melanjutkan perjuangan mereka untuk membebaskan Ever Given. Namun, tanpa kemajuan berarti, pihak berwenang kemungkinan akan terpaksa menurunkan muatan kontainer kapal, sebuah operasi yang diprediksi akan memakan waktu berhari-hari.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV