Madrasah Transgender Pertama di Pakistan Berjuang Terabas Sekat Sosial, Budaya, dan Tafsir Agama
Kompas dunia | 23 Maret 2021, 23:32 WIBISLAMABAD, KOMPAS.TV - Dengan syal putih panjang di kepalanya, Rani Khan memberikan pelajaran mengaji setiap hari di madrasah transgender pertama di Pakistan, atau sekolah agama Islam, yang dia dirikan sendiri menggunakan tabungan hidupnya.
Seperti dilansir Reuters, Senin (22/03/2021) madrasah adalah tonggak penting kaum LGBTQ Pakistan yang kerap dicitrakan negara yang agamis namun kaku dan beku, di mana para transgender selalu dikucilkan dan dihinakan.
Tidak ada larangan resmi bagi kaum transgender untuk bersekolah di sekolah manapun, termasuk sekolah agama maupun beribadah di tempat ibadah sesuai agama masing-masing.
“Kebanyakan keluarga tidak menerima transgender. Mereka mengusir (anak-anak mereka yang transgender) dari rumah mereka. Orang-orang transgender lalu terjerumus ke perbuatan yang salah,” tutur Rani Khan yang berusia 34 tahun.
Sementara murid-muridnya yang juga transgender menggunakan kerudung bergoyang-goyang di belakangnya sambil belajar melantunkan dan membaca ayat-ayat kitab suci.
“Dulu saya juga salah satu dari mereka.”
Baca Juga: Pertama di Bangladesh, Seorang Transgender Dipekerjakan Stasiun TV Sebagai Presenter Berita
Hampir berderai air mata, Rani Khan ingat bagaimana dia tidak diakui oleh keluarganya di usia 13 tahun dan dipaksa mengemis.
Pada usia 17 tahun, ia bergabung dengan sebuah kelompok transgender, bekerja dengan menari di pesta pernikahan dan acara lainnya.
Namun Rani Khan berhenti karena ingin terhubung dengan agamanya. Itu terjadi setelah Rani mendapat mimpi dimana seorang teman transgendernya dan sesama penari yang sudah meninggal, memohon padanya untuk melakukan sesuatu bagi komunitas mereka.
Rani lalu belajar Al qur'an di rumah dan bersekolah di sekolah agama sebelum membuka madrasah yang hanya memiliki dua kamar pada bulan Oktober tahun lalu.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Eddward-S-Kennedy
Sumber : Kompas TV