Dinilai Korbankan Muslim Uighur, Airbnb Diminta Batalkan Sponsor Pada Olimpiade Beijing Tahun Depan
Kompas dunia | 23 Maret 2021, 23:03 WIBNEW YORK, KOMPAS.TV – Airbnb Inc diminta koalisi 150 kelompok hak asasi manusia (HAM) untuk membatalkan kepersertaannya sebagai sponsor Olimpiade Musim Dingin di Beijing, China, tahun depan.
Koalisi ini dipimpin oleh kelompok-kelompok yang menentang pelanggaran HAM di China, termasuk penahanan kaum Muslim Uighur di kawasan Xinjiang.
Airbnb merupakan salah satu dari 15 sponsor utama dalam Komite Olimpiade Internasional (KOI). Sponsor-sponsor utama tersebut di antaranya termasuk perusahaan raksasa seperti Coca-Cola, Samsung, Visa, Toyota, Alibaba, Panasonic, Intel dan Procter & Gamble.
Kelompok HAM tersebut menyasar Airbnb, lantaran bisnis berbagi penginapan rumahan ini kerap mengklaim selalu menjalankan “tanggung jawab sosial” dalam praktik bisnisnya.
Baca Juga: Jelang Pelantikan Presiden AS, Airbnb Akan Blokir dan Batalkan Pemesanan Kamar di Washington
Associated Press menerima surat terbuka yang dikirimkan ke CEO Airbnb Brian Chesky pada Selasa (23/3/2021). Dalam surat itu, kelompok HAM tersebut menyatakan, Airbnb tengah berupaya menggenjot pariwisata di China dengan mengorbankan kaum Uighur dan warga Tibet yang tak dapat bepergian dengan bebas di negara komunis itu.
“Airbnb juga menutup-nutupi catatan HAM China yang mengerikan dan menganggap normal apa yang dalam hukum internasional diakui sebagai lingkungan yang sangat membatasi,” begitu bunyi surat terbuka itu.
“Airbnb seharusnya tidak mendorong dan industri pariwisata yang lebih luas untuk didukung dan dibiarkan berkembang dengan mengorbankan hak-hak kaum Uighur dan Tibet.”
Seluruh 15 sponsor utama membayar KOI sekitar USD1 miliar (atau setara dengan Rp14,4 triliun) dalam bentuk uang tunai atau layanan dalam siklus Olimpiade 4 tahun terakhir yang lengkap. Airbnb mendaftar pada November 2019.
Baca Juga: Pengusaha Hotel Minta Airbnb Dibekukan
Kelompok-kelompok HAM tengah berupaya menekan para sponsor KOI dan mendesak boikot diplomatik terhadap Olimpiade – bahkan hingga boikot keras – untuk menarik perhatian atas dugaan pelanggaran HAM terhadap kaum Uighur, Tibet dan warga Hong Kong.
Olimpiade Musim Dingin Beijing dijadwalkan dibuka pada 4 Februari 2022.
Baca Juga: Uni Eropa, AS, Inggris, Kanada Beri Sanksi Pada China Karena Pelanggaran HAM Pada Muslim Uighur
China menyatakan adanya motif-motif politis di balik upaya boikot. China juga mengklaim bahwa yang disebut dengan kamp-kamp penahanan di Xinjiang sesungguhnya merupakan pusat-pusat pelatihan kejuruan.
“China dengan tegas menolak politisasi olah raga dan menentang penggunaan isu HAM untuk mencampuri urusan dalam negeri negara lain,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian pada awal bulan ini.
Ia menambahkan, “Upaya boikot pasti akan gagal.”
Baca Juga: Muslim Uighur Dipaksa Makan Babi Setiap Hari Jumat saat Berada di Kamp Pendidikan Ulang Xinjiang
Kelompok-kelompok HAM tersebut telah bertemu dengan KOI, yang merespon dengan menyebut bahwa badan Olimpiade harus tetap netral secara politis. KOI juga menyatakan bahwa China telah memberikan jaminan terkait kondisi HAM di negara itu.
Para aktivis menyebut bahwa KOI telah menolak untuk mempublikasikan dokumen itu, sehingga mustahil untuk mengetahui apa saja yang dijanjikan China. Juga, apakah China akan tetap berpegang pada janjinya.
Mikaela Shiffrin, pemain ski peraih dua medali emas Olimpiade, mengungkapkan dilema yang dihadapi para atlet saat diwawancara CNN.
“Anda tentu saja tidak akan mau berada dalam posisi harus memilih antara hak asasi manusia seperti moralitas lawan kemampuan melakukan pekerjaanmu, yang di sisi lain dapat menjelaskan sejumlah masalah atau benar-benar dapat membawa harapan bagi dunia di waktu yang sangat sulit,” katanya.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV