> >

Dari Pengakuan Meghan Markle Bisa Ditelusuri: Bukan Sekali Ini Saja Royal Family Bersikap Rasis

Kompas dunia | 9 Maret 2021, 11:10 WIB
Pangeran Harry dan Meghan Markle saat diwawancara oleh Oprah Winfrey. (Sumber: Joe Pugliese/Harpo Productions via AP, File)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Pengakuan Meghan Markle soal rasialisme yang menyeret nama keluarga Kerajaan Inggris kini tengah menjadi sorotan publik dunia.

Dalam wawancara eksklusif dengan Oprah Winfrey, Minggu (7/3/2021), Duches of Sussex ini mengungkapkan bahwa ada percakapan soal warna kulit putranya yang terancam tak dapat gelar kerajaan.

“Ada percakapan bahwa dia (putranya dengan Harry) tidak akan mendapat pengamanan. Dia juga tidak akan diberi gelar dan juga ada percakapan tentang seberapa gelap kulitnya nanti ketika lahir,” ujar Meghan Markle.

Harry sendiri menolah untuk membicarakan percakapan tersebut lebih lanjut dan mengatakan bahwa obrolan soal rasialisme tersebut bukan sekali ini terjadi.

Baca Juga: Pernyataan Meghan Markle Disebut Punya Potensi Lebih Berbahaya Ketimbang Putri Diana

Ratu tak pernah meminta maaf soal isu rasial masa lalu

Dilansir dari Insider, Selasa (9/3/2021), para bangsawan disebut telah menutup mata soal kasus rasisme sejak tahun-tahun awal monarki.

Pada tahun 1500-an, Ratu Elizabeth I terhubung dengan perdagangan budak Inggris. Raja secara terbuka mendukung Kapten John Hawkins yang menangkap 300 orang Afrika dan menukarnya dengan kulit, jahe, dan gula pada 1562 lalu.

Sementara itu, Ratu Elizabeth II yang kini memimpin Kerajaan Inggris, tidak pernah secara terbuka mengakui leluhurnya tersebut.

Baca Juga: Meghan Ungkap Anaknya Terancam Tak Dapat Gelar Kerajaan Karena Warna Kulitnya

Sejarah rasialisme Kerajaan Inggris yang pernah ramai adalah pelayan Ratu Victoria dari India yang bernama Abdul Karim. Menurut laporan dari Guardian, keluarga kerajaan mencoba untuk menyingkirkannya hanya karena warna kulitnya.

Mereka kemudian mengirim Abdul Karim kembali ke India secara tiba-tiba usai sang Ratu meninggal.

Suami ratu, Duke of Edinburg juga dikenal dengan selera humornya yang kontroversial. Dalam kunjungannya ke China tahun 1986, ia bertemu dengan seorang siswa Inggris dan mengatakan kepada siswa tersebut bahwa jika ia tinggal lebih lama, “Kamu akan pulang dengan mata sipit”.

Ia meminta maaf kepada publik pada 1999 saat mengunjungi pabrik elektronik di Skotlandia.

Baca Juga: Siaran Wawancara Meghan Markle dan Pangeran Harry Habiskan Rp 100 Miliar

Pada 2005, Pangeran Harry yang saat itu berusia 20 tahun membuat khalayak ramai lantaran ia mengenakan kostum Nazi ke pesta pakaian mewah.

Ia meminta maaf empat tahun kemudian dan mengatakan bahwa dirinya menyesal karena menggunakan penghinaan rasial untuk menyapa temannya dalam video pelatihan militer.

Kemudian pada 2017, Putri Michael dari Kent juga membuat gaduh lantaran mengenakan bros rasis saat makan siang bersama Meghan Markle.

Kontroversi Kerajaan soal rasialisme yang paling terkenal adalah perdagangan budak yang tak pernah diakui oleh Sang Ratu.

Ratu Elizabeth I bahkan menyumbangkan kapal untuk Hawkins, orang Inggris pertama yang diketahui memasukkan orang Afrika yang diperbudak sebagai kargo.

Baca Juga: Sebut Keluarga Kerajaan Rusak Kesehatan Mentalnya, Meghan Markle: Saya Tidak Ingin Hidup Lagi

Permasalahan ini kemudian diakui oleh Pangeran Charles. Namun, komentator kerajaan, Kristen Meinzer mengatakan bahwa kerajaan terlibat dalam perdagangan budah, sehingga Raja lah yang harus meminta maaf.

“Gereja Inggris, dimana Ratu menjadi kepalanya, secara aktif melakukan perbudakan dan mengambil keuntungan darinya. Tidak cukup bagi putra raja untuk meminta maaf. Raja harus,” katanya dengan tegas.

Sementara itu, aktivis hak asasi manusia dan jurnalis, Peter Tatchell, mengatakan bahwa Ratu menjunjukan keengganan untuk menghadapi ketidakadilan masa lalu.

“Sudah sangat terlambat bahwa Ratu harus meminta maaf atas peran kerajaan dalam perdagangan budak,” kata Tatchell.

Baca Juga: Khawatir Melihat Meghan Markle Tertekan Seperti Putri Diana, Pangeran Harry: Sejarah Terulang Lagi

Lebih lanjut lagi, Tatchell menilai bahwa monarki merupakan contoh rasisme institusional karena tak pernah ada kepada negara yang non-kulit putih.

“Sistem pewarisan kepala negara di Inggris adalah rasis secara default,” lugasnya.

Gelar kepala negara di Kerajaan Inggris diberikan secara turun-temurun di setiap generasi, dimana semua keluarga kerajaan berkulit putih.

“Karena itu, orang non-kulit putih dilarang memegang gelar kepala negara, setidaknya di masa mendatang. Ini adalah rasisme institusional,” tambah Tatchell.

Baca Juga: Meghan Markle Sebut Kerajaan Inggris Biarkan Kebohongan Tentangnya, Oprah Winfrey: Mengejutkan!

Sementara itu, Meghan Markle merupakan anggota keluarga kerajaan pertama yang merupakan ras campuran. Untuk diketahui, Meghan Markle terlahir dari ayah berkulit putih dan ibunya berkulit hitam.

Namun, beberapa sejarawan percaya bahwa istri Raja George II, Ratu Charlotte, merupakan keturunan ras campuran.

Tak banyak bangsawan yang membela Meghan Markle soal isu rasialisme yang diungkapkannya di Keluarga Kerajaan. Duke of Sussex merupakan satu-satunya bangsawan yang membela Meghan.

Penulis : Fiqih-Rahmawati

Sumber : Kompas TV


TERBARU