> >

Korban Tewas Demo Myanmar Terus Bertambah, Junta Militer Abaikan Permintaan Indonesia dan ASEAN

Kompas dunia | 3 Maret 2021, 18:33 WIB
Massa demo Myanmar menghindari gas air mata. (Sumber: AP Photo)

YANGON, KOMPAS.TV - Kekerasan aparat Myanmar terus memakan korban. Tembakan polisi dan tentara menewaskan 9 orang massa demonstran penentang kudeta militer Myanmar pada Rabu (3/3/2021).

Aparat melepaskan tembakan tanpa peringatan terlebih dahulu.

“Mereka berbaris ke arah kami dan menembak gas air mata, begerak lagi dan menggunakan granat kejut,” tutur Si Thu Maung, seorang pengunjuk rasa di kota Myingyan, dikutip dari Reuters.

Baca Juga: Pengunjuk Rasa Termuda di Hong Kong Dijatuhi Hukuman Penjara, Saat Ini Berusia 16 Tahun

“Mereka tak menyemprotkan meriam air, tapi menembakkan senjata api mereka tanpa aba-aba,” kata Maung lagi.

Seorang pemuda di Myingyan meninggal. Sementara, lima orang lain tewas di kota Monywa.

“Kami telah mengonfirmasi pada anggota keluarga mereka dan para dokter, lima orang tewas,” kata Ko Thit Sar, editor Monywa Gazette.

Di Mandalay dua orang pengunjuk rasa juga meninggal karena kekerasan aparat. Dan di kota Yangon, satu orang tewas.

Pantauan Reuters, sudah ada 31 pengunjuk rasa yang tewas di tangan aparat Myanmar.

Kekerasan ini terus berlanjut, meski negara-negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN meminta militer melunak. Pada pertemuan virtual, Selasa (2/3/2021) para menteri luar negeri dari negara-negara ASEAN meminta aparat Myanmar menahan diri.

Baca Juga: China Takut Arus Modal Asing Masuk ke Dalam Negeri saat 'Bubble' Pasar Keuangan Dunia Pecah

Beberapa negara ASEAN, yaitu Filipina, Malaysia, Indonesia, dan Singapura meminta Myanmar membebaskan Aung San Suu Kyi. Namun, usulan ini tak disepakati seluruh negara ASEAN.

Junta militer Myanmar tak juga mundur. Mereka terus menangkapi para pengunjuk rasa. Saat ini, kurang lebih 1.300 orang telah ditahan aparat Myanmar.

Enam jurnalis juga ditahan oleh aparat Myanmar. Mereka dijerat dengan hukum ketertiban publik dengan ancaman penjara hingga 3 tahun.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak Angkatan Darat merebut kekuasaan pada 1 Februari. Militer menuduh ada kecurangan dalam pemilihan November yang dimenangkan partai NLD secara telak. 

Militer berjanji akan menggelar pemilu ulang, tapi belum menetapkan tanggal pasti.

Baca Juga: Sudah 3 Kali Muntahan Paus Ditemukan di Pantai Thailand, Nilainya Miliaran Rupiah

Mereka menahan Aung San Suu Kyi, pemimpin Myanmar terpilih dan banyak pimpinan partai NLD demi memuluskan kudeta.

Polisi Myanmar menjerat Suu Kyi dengan tuduhan mengimpor enam radio walkie-talkie secara ilegal dan melanggar undang-undang bencana alam dengan melanggar protokol virus corona.

Dalam persidangan hari Senin (1/3/2021) Suu Kyi terlihat sehat..

Penulis : Ahmad-Zuhad

Sumber : Kompas TV


TERBARU