> >

Aparat Keamanan Myanmar Makin Keras, Bubarkan Unjuk Rasa Dengan Hujan Tembakan Ketapel

Kompas dunia | 16 Februari 2021, 05:29 WIB
Seorang polisi dan seorang aparat berpakaian preman menggunakan helm militer membidik sasaran yang tidak diketahui menggunakan ketapel selama penumpasan terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta di depan Bank Ekonomi Myanmar di Mandalay, Myanmar pada hari Senin, 15 Februari 2021. Pasukan keamanan di Myanmar mengintensifkan tindakan keras mereka terhadap pengunjuk rasa, berusaha memadamkan unjuk rasa skala besar yang mendesak junta militer memulihkan pemerintahan terpilih. (Sumber: AP Photo)

YANGON, KOMPAS.TV – Aparat Keamanan di Myanmar menodongkan senjata ke arah pengunjuk rasa anti-kudeta dan menghujani mereka dengan ketapel dan tongkat pada hari Senin, (15/02/2021) berusaha memadamkan unjuk rasa skala besar yang mendesak junta militer membatalkan kudeta dan memulihkan kembali pemerintahan terpilih.

Seperti dilansir Associated Press, Selasa, (16/02/2021), lebih dari 1.000 orang berunjuk rasa di depan Bank Ekonomi Myanmar di Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu, ketika setidaknya 10 truk penuh tentara dan polisi tiba dan segera mulai menembakkan ketapel ke arah para pengunjuk rasa, menurut seorang fotografer yang menyaksikan peristiwa tersebut.

Tentara dan polisi kemudian menyerang para pengunjuk rasa dengan tongkat, dan polisi terlihat mengarahkan senjata laras panjang ke udara di tengah suara yang menyerupai tembakan.

Media setempat dikutip Associated Press melaporkan aparat keamanan menembakkan peluru karet ke arah kerumunan sehingga membuat beberapa orang terluka.

Polisi juga terlihat menodongkan senjata ke arah pengunjuk rasa.

Baca Juga: Ribuan Orang Demonstrasi Menentang Kudeta Myanmar di Tokyo, Diyakini Unjuk Rasa Terbesar di Jepang

Tentara berdiri di samping truk militer yang diparkir di dekat markas besar partai Liga Nasional untuk Demokrasi di Yangon, Myanmar Senin, 15 Februari 2021. (Sumber: AP Photo)

Di ibu kota, Naypyidaw, pengunjuk rasa berkumpul di luar kantor polisi menuntut pembebasan sekelompok siswa sekolah menengah yang ditahan saat mengikuti kegiatan anti-kudeta.

Seorang yang berhasil melarikan diri mengatakan kepada wartawan, para siswa yang berusia antara 13 hingga 16 tahun berunjuk rasa dengan damai ketika barisan polisi anti huru hara tiba-tiba datang dan mulai menangkap mereka.

Tidak jelas persis berapa banyak siswa yang ditangkap, namun berbagai perkiraan menyebutkan angka antara 20 dan 40.

Sebelumnya Senin, (15/02/2021), para pemimpin junta militer Myanmar memperpanjang penahanan terhadap pemimpin yang digulingkan Aung San Suu Kyi, yang penahanannya akan berakhir dan kebebasannya merupakan tuntutan utama dari kerumunan orang yang memprotes kudeta 1 Februari.

Penulis : Edwin-Shri-Bimo

Sumber : Kompas TV


TERBARU