> >

Unjuk Rasa di Thailand Kembali Terjadi, Kini Tiru Cara Demonstrasi Myanmar

Kompas dunia | 11 Februari 2021, 21:31 WIB
Unjuk rasa kembali terjadi di Thailand, Rabu (10/2/2021). (Sumber: AP Photo/Sakchai Lalit)

BANGKOK, KOMPAS.TV - Unjuk rasa yang dilakukan ribuan aktivis pro-demokrasi Thailand kembali terjadi di Bangkok, Rabu (10/2/2021) waktu setempat.

Kini para pengunjuk rasa tersebut tiru unjuk rasa Myanmar saat menentang kudeta junta militer.

Mereka membunyikan panci dan wajan sembari berunjuk rasa di jalanan Ibu Kota Thailand.

Baca Juga: Aktivis Wanita Arab Saudi Ungkap Alami Pelecehan Seksual dan Penyiksaan saat Diinterogasi

Hal itu sebagai tanda protes atas penangkapan para pemimpin unjuk rasa dan aksi solidaritas terhadap domenstrasi masal yang dilakukan rakyat Myanmar.

Rakyat Myanmar melakukan unjuk rasa setelah kudeta militer pada 1 Februari lalu dengan aksi pembangkangan.

Hal tersebut termasuk membunyikan panci dan wajan, yang secara adat bertujuan untuk mengusir setan.

Baca Juga: Iran Lakukan Latihan di Perbatasan Irak, Persiapan Hadapi AS?

Namun, rakyat Myanmar mengasosiasikan setan tersebut sebagai militer yang kini menangkap pemimpin partai berkuasa, Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint.

Sedangkan di Thailand, hal itu menjadi simbol perbedaan pendapat terhadap pemerintah dengan banyak Jenderal, namun kini berjuang atas kerusakan ekonomi yang disebabkan oleh Covid-19.

“Aksi panci dan wajan terinsipirasi dari Myanmar,” ujar salah satu pengunjuk rasa Napasin Treelayapewat dikutip dari VOA.

Baca Juga: China Klaim Covid-19 di Wuhan Berasal dari Makanan Beku yang Diimpor

“Namun, ini juga menjadi aksi simbolis dari rakyat Thailand yang menunjukkan kami kelaparan, karena panci dan wajan adalah alat yang digunakan untuk hidup. Tetapi, kini tak ada lagi yang tersisa,” tambahnya.

Unjuk rasa pro-demokrasi Thailand telah berlangsung sejak tahun lalu. Mereka meminta Perdana Menteri Prayuth Chan-Ocha untuk mundur dari jabatannya.

Selain itu juga memberikan draft konstitusi yang baru, dan mereformasi kekuasaan Monarki yang tak tersentuh hukum.

Penulis : Haryo-Jati

Sumber : Kompas TV


TERBARU