> >

Pengunjuk Rasa Myanmar Kepung Kedutaan Besar China, Tuduh Bantu Kudeta Militer

Kompas dunia | 11 Februari 2021, 16:54 WIB
Demonstran meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan pembebasan pemimpin nasional Aung San Suu Kyi yang ditahan di Yangon, Myanmar, Rabu, 10 Februari 2021. Para pengunjuk rasa terus berkumpul Rabu pagi di Yangon melanggar keputusan penguasa militer baru Myanmar yang secara efektif melarang protes publik damai di dua kota terbesar di negara itu. (Sumber: AP Photo)

YANGON, KOMPAS.TV - Ratusan pengunjuk rasa penentang kudeta Myanmar mengepung Kedutaan Besar China di Yangon, Kamis (11/2/2021).

Mereka menuduh China memberikan bantuan kepada junta militer Myanmar yang melakukan kudeta.

Seperti dikutip dari Channel News Asia, mereka meminta pihak China menghentikan dukungannya kepada junta militer.

Baca Juga: Donald Trump Dipastikan Tak Bisa Berkicau di Twitter Lagi, Bahkan Jika Kembali Jadi Presiden AS

“Dukung Myanmar, jangan mendukung diktator,” bunyi plakat yang dibawa pengunjuk rasa dengan tulisan China maupun Inggris.

“Kementerian China tampaknya berusaha untuk mendukung kudeta yang dilakukan militer,” tutur salah seorang pengunjuk rasa.

China sendiri sebelumnya membantah telah memberikan bantuan kepada junta Militer.

Baca Juga: Palsukan Kesuksesan ke Puncak Everest, Dua Pendaki India Dihukum Nepal Larangan Mendaki

Pada Rabu (10/2/2021), Kedutaan Besar China melalui Facebook, menyangkal laporan yang mengabarkan mereka akan membawa personil IT ke Myanmar.

Mereka mengatrakan bahwa penerbangan dari China ke Myanmar hanyalah penerbangan kargo import dan eksport, seperti makanan laut.

Facebook Kedutaan Besar China untuk Myanmar, kemudian tak bisa diakses selang sehari berikutnya.

Baca Juga: Sidang Pemakzulan Donald Trump, Demokrat Menuduhnya Sebagai Komandan Penghasut

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Wang Wenbin menegaskan dirinya tak pernah mendengar China akan mengirimkan peralatan dan ahli IT ke Myanmar.

“Ada Sebuah kesalahan informasi dan rumor mengenai Cina terkait Myanmar,” ujar Wenbin.

Dia menegaskan pihaknya saat ini hanya akan melihat situasi lebih dekat, dan semoga semua pihak bisa menyatukan pemikirannya untuk perkembangan dan stabilitas nasional.

Baca Juga: 33 Hari Terdampar di Pulau Tak Berpenghuni, Tiga Orang Ini Berhasil Diselamatkan

Kudeta di Myanmar terjadi sejak 1 Februari lalu, setelah pemimpin partai berkuasa dan kanselir Myanmar, Aung San Suu Kyi ditangkap bersama Presiden Win Myint.

Namun, rakyat Myanmar kemudian berontak dan melakukan unjuk rasa besar terhadap tindakan junta militer.

Bahkan rakyat sudah tak mempedulikan larangan yang dikeluarkan oleh pihak junta.

Penulis : Haryo-Jati

Sumber : Kompas TV


TERBARU