Jamaika Alami Kelangkaan Pasokan Ganja, Petani Mengeluh Namun Regulator Ganja Membantah
Kompas dunia | 6 Februari 2021, 08:05 WIBKINGSTON, KOMPAS.TV — Jamaika mengalami kelangkaan ganja. Hujan lebat yang disusul musim kering berkepanjangan, peningkatan konsumsi nasional dan turunnya jumlah petani ganja menyebabkan kelangkaan pasokan ganja di pasaran dalam negeri Jamaika.
Associated Press hari Sabtu (06/02/2021) melaporkan, kondisi ini adalah yang terburuk sepanjang sejarah mereka.
Triston Thompson,Kepala Pemasaran Tacaya, sebuah usaha konsultan dan makelar industri ganja legal Jamaika mengatakan, "Ini memalukan secara budaya,"
Jamaika yang selama ini identik dengan ganja, reggae, dan Rastafaria, melegalkan industri ganja medis yang teregulasi serta pada tahun 2015 memutuskan kepemilikan ganja dalam jumlah kecil bukanlah tindak pidana.
Baca Juga: Restoran di Thailand Sajikan Hidangan Mengandung Ganja Untuk Pelanggan Agar Bahagia
Orang yang tertangkap memiliki 56 gram (2 ounce) ganja atau kurang dari jumlah itu akan mendapat hukuman denda. Mereka tidak akan ditahan, apalagi tercatat dalam buku kriminal.
Pulau itu juga mengijinkan setiap warganya menanam maksimal lima batang pohon, dan kaum Rastafaria secara legal boleh mengisap ganja untuk tujuan keagamaan rastafaria mereka.
Penegakan hukum dilaporkan tidak ketat, seiring bejibunnya pelancong yang datang sementara warga setempat terus berjualan ganja di jalan-jalan, namun kini pasokan ganja makin langka di jalanan.
Baca Juga: Ganja Sudah Tidak Haram di UFC
Hujan lebat saat musim badai memukul lahan pertanian ganja, yang kemudian disusul terik mentari musim kemarau yang berkepanjangan menghanguskan jerih payah dan kerja keras petani menanam ganja.
Akibatnya, petani ganja menderita kerugian puluhan ribu dollar AS, menurut seorang petani ganja yang menanamnya diluar sistem hukum.
"Hancur sudah semuanya, hancur," tutur Daneyel Bozra lirih, seorang petani ganja di bagian Barat Daya Jamaika, di kampung bersejarah bernama Accompong, didirikan pelarian budak abad 18 yang terkenal dengan nama Maroons.
Baca Juga: Amsterdam Tahun Depan Larang Turis Asing Nikmati Ganja di Kedai-Kedai Kopi Kota Tersebut
Situasi makin runyam saja akibat upaya pencegahan pandemi Covid-19 di Jamaika, terutama kebijakan jam malam yang dimulai setiap pukul 6 sore.
Penulis : Edwin-Shri-Bimo
Sumber : Kompas TV