Tolak Impor Vaksin AS dan Inggris, Iran Terima Pengiriman Pertama Vaksin Sputnik V dari Rusia
Kompas dunia | 5 Februari 2021, 05:30 WIBTEHERAN, KOMPAS.TV – Iran menerima gelombang pertama pengiriman vaksin Covid-19 pada Kamis (4/2) di tengah upaya negeri itu meredam lonjakan kasus penularan virus corona di Timur Tengah.
Pengiriman vaksin gelombang pertama itu terdiri dari 500.000 dosis vaksin Sputnik V buatan Rusia yang tiba di Bandara Internasional Imam Khomeini di Teheran dari Moskow, seperti dikutip dari Associated Press.
Baca Juga: Iran Tolak Ide Prancis untuk Sertakan Arab Saudi untuk Kesepakatan Nuklir Baru
Kazem Jalali, Duta Besar Iran untuk Rusia, menyatakan bahwa Iran telah memesan 5 juta dosis vaksin Sputnik V dari Rusia. “Pengiriman vaksin gelombang selanjutnya dijadwalkan tiba pada 18 dan 28 Februari,” ujar Jalali seperti dilansir dari TV pemerintah Iran.
Bulan lalu, Pemimpin Agung Iran Ayatollah Ali Khamenei melarang Iran mengimpor vaksin Pfizer – BioNTech asal Amerika Serikat (AS) dan AstraZeneca dari Inggris. Pelarangan ini merupakan refleksi ketidakpercayaan Iran terhadap negara Barat.
Baca Juga: Vaksin Sputnik V Rusia Catat Tingkat Efikasi 92%
Sejauh ini, virus corona telah menginfeksi lebih dari 1,4 juta orang dan menewaskan lebih dari 58.000 orang di Iran.
Pada Desember tahun lalu, Iran mulai melakukan uji vaksin buatan dalam negeri pada manusia. Saat itu, Iran secara agresif menargetkan dapat mendistribusikan vaksin tersebut pada musim semi tahun ini. Sebelum pengembangan vaksin Covid-19 yang dipercepat tahun ini, metode untuk menguji keamanan dan kemanjuran sebuah vaksin dengan pengujian massal biasanya menghabiskan waktu hingga 10 tahun.
Baca Juga: Brasil Setujui Penggunaan Sinovac dan AstraZaneca, Tolak Penggunaan Sputnik V
Iran juga mulai menggarap vaksin bersama dengan Kuba. Selain itu, Iran juga berencana mengimpor 17 juta dosis vaksin dari Covax – program internasional untuk mendistribusikan vaksin Covid-19 bagi negara-negara yang berpartisipasi – dan jutaan dosis lainnya dari sejumlah negara lain. Namun, Iran masih terkendala dalam mentransfer dana sejumlah 220 juta dolar AS yeng tertahan di sejumlah bank Korea Selatan untuk membayar vaksin melalui Covax.
Pemerintah Iran telah memuji penelitian vaksin buatan dalam negeri Iran, sembari berulang kali menuduh bahwa sanksi keras AS terhadap Iran telah merusak upaya negeri itu untuk membeli vaksin buatan luar negeri. Pun, meluncurkan program imunisasi nasional seperti yang saat ini tengah berlangsung di AS dan Eropa. Meski sanksi AS mengecualikan bantuan kemanusiaan dan obat-obatan ke Iran, bank internasional dan lembaga keuangan ragu-ragu melakukan transaksi dengan Iran karena khawatir didenda atau ditendang keluar dari pasar AS.
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV