Beraksi Sejak September 2020, Sindikat Pembuat Vaksin Palsu Covid-19 di China Terungkap
Kompas dunia | 2 Februari 2021, 18:54 WIBBEIJING, KOMPAS.TV- Sebuah jaringan pembuat vaksin palsu Covid-19 berhasil dibongkar pemerintah China.
Tak tanggung-tanggung, jaringan kriminal yang membuat “vaksin palsu” diketahui beraksi sejak September 2020 lalu.
Melansir Kantor Berita Xinhua, setidaknya polisi sudah menangkap sekitar 80 orang yang diduga terlibat dalam kejahatan tersebut.
Puluhan orang ini ditangkap di tiga kota berbeda yakni Jiangsu, Beijing dan Shandong.
Baca Juga: 11 Juta Dosis Vaksin Sinovac Tiba Di Indonesia, 10 Juta Diantaranya Adalah Bahan Baku Vaksin
Departemen kepolisian setempat pun menyebut, puluhan orang itu telah memproduksi lebih dari 3.000 dosis vaksin Covid-19 palsu.
Polisi pun menemukan data bahwa sejak September 2020, sindikat itu memasukkan larutan garam ke dalam injektor untuk memproses dan membuat vaksin virus corona palsu.
Oleh para pelaku, barang ilegal itu lalu dijual dengan harga lebih tinggi.
“Mereka yang terlibat dalam sindikat kriminal itu telah meraup untung besar," kata pihak kepolisian melansir CNN pada Senin (1/2/2021).
Baca Juga: 2700 Vaksin Sinovac Diperuntukan Bagi Tenaga Medis
Terbongkarnya sindikat pemalsu vaksin Covid-19 ini pun membuat Kementerian Keamanan Publik China langsung menyelidiki kejahatan yang terkait dengan pembuatan dan penjualan vaksin palsu, termasuk praktik ilegal obat-obatan dan penipuan dengan kedok vaksin.
Di Negeri Tirai Bambu, pemerintah setempat telah memvaksinasi penduduknya dengan suntikan dari dua perusahaan, Sinovac dan Sinopharm.
Kedua vaksin ini juga telah diluncurkan di negara lain, termasuk di Turki. Kedua perusahaan pada awalnya mengatakan vaksin mereka memiliki efektivitas lebih dari 78 persen.
Tetapi uji coba tahap akhir dari kandidat Sinovac di Brasil melaporkan tingkat kemanjuran 50,38 persen.
Baca Juga: Pengiriman 140 Juta Vaksin Sinovac Rampung Juli 2021, Bio Farma: Dilakukan Secara Bertahap
Sinovac tetap mempertahankan klaim vaksinnya, bahkan ketika beberapa negara meninjaunya dan menghentikan peluncurannya.
Para ilmuwan telah meminta perusahaan tersebut untuk merilis lebih banyak data atas vaksinnya.
Sementara Sinopharm, perusahaan milik negara yang vaksinnya pertama kali disetujui di China, mengatakan produknya efektif 79,34 persen dalam uji coba.
Penulis : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV