> >

Peternak Unggas Asia Hadapi Wabah Flu Burung, Indonesia Larang Impor Unggas Hidup

Kompas dunia | 15 Januari 2021, 15:26 WIB
Petugas kesehatan dengan pakaian pelindung bersiap untuk membakar setelah pemusnahan itik menyusul deteksi jenis H5N8 flu burung di antara unggas peliharaan di distrik Alappuzha, negara bagian Kerala, India, Selasa, 5 Januari 2021 (Sumber: Foto AP/Prakash Elamakkara)

MUMBAI/TOKYO/JAKARTA, KOMPAS.TV - Peternak unggas di Asia saat ini mengahadapi wabah flu burung paling parah sejak beberapa tahun terakhir, dimana virus flu burung sudah menghantam peternakan unggas dari Jepang hingga India. 

Reuters Jum'at (15/01/2021) melaporkan, saat ini harga unggas terjun bebas di negara-negara yang terdampak flu burung dan belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan. 

Lebih dari 20 juta ayam telah dimusnahkan sejak November 2020 di Korea Selatan dan Jepang. Virus H5N8 yang sangat menular itu mencapai India minggu lalu dan dilaporkan sudah ada di 10 negara bagian produsen unggas nomor 6 dunia itu. 

Indonesia, produsen nomor dua di Asia, hanya menjadi titik transit sementara bagi burung liar, mengurangi risiko penularan, kata Fadjar Sumping Tjatur Rassa, Direktur Kesehatan Hewan di Kementerian Pertanian Indonesia, kepada Reuters.

Meski demikian, Indonesia telah melarang impor unggas hidup dari negara-negara dengan H5N8 dan menyiapkan sistem pengawasan untuk deteksi dini virus, katanya.

Baca Juga: Jelang Pergantian Tahun Terdapat 12 Kasus Flu Burung di Jepang

Sementara flu burung sudah jamak di Asia karena bulan-bulan ini adalah jadwal migrasi burung, varian baru dari virus flu burung sudah berubah menjadi sangat mematikan untuk burung liar, dan membuat negara-negara yang menjadi perlintasan migrasi burung menjadi sangat rentan. 

"Ini adalah salah satu wabah paling buruk di India," kata Mohinder Oberoi, pakar kesehatan hewan dan mantan penasihat Organisasi Pangan Dunia FAO.

"Banyak sekali penyakit yang dialami buruk gagak dan bebek. Orang-orang takut dengan wabah yang melanda burung gagak. Mereka tahu burung gagak terbang jauh dan akan menulari unggas, bahkan manusia."

Wabah flu burung di Asia muncul saat Eropa menghadapi wabah paling parah beberapa tahun ke belakang, ditambah lagi dengan beratnya hantaman pandemi Covid-19 bagi manusia.

Baca Juga: Selain Covid-19, Korea Utara Juga Diserang Virus Flu Burung

Keadaan itu membuat penjualan produk unggas jatuh di awal pandemi, namun kini mulai beranjak naik dengan makin diminatinya trend memasak di rumah. 

Konsumen kuatir dengan wabah flu burung sejak awal pandemi Covid-19 dan saat wabah flu burung itu muncul, konsumen menghindari pembelian unggas sehingga harga jatuh hingga sepertiganya. 

Flu burung tidak bisa menular ke manusia lewat konsumsi unggas, dan hingga saat ini virus flu burung H5N8 belum diketahui apakah bisa menular ke manusia. 

Walau begitu, konsumen tetap kuatir, tutur Uddhav Ahire, bos dari Anand Agro group, perusahaan penghasil unggas di kota Nashik, India.

Baca Juga: Terkait Penyebaran Virus Corona, China Akan Tutup Pasar Unggas Hidup

Harga ayam hidup terjun bebas ke 58 rupee India atau 11 ribu rupiah per kilogram, cukup jauh dibawah biaya produksi.

Dampak flu burung Korea Selatan dan Jepang belum terlihat, menurut laporan Reuters, dimana bahkan terlihat penguatan permintaan daging ayam oleh kalangan rumah tangga karena meningkatnya trend memasak di rumah selama pandemi Covid-19.

EVOLUSI VIRUS

Penyebaran wabah flu burung yang cepat dan luas membuatnya menjadi yang terburuk di Asia sejak awal tahun 200an.

Di Jepang, dilaporkan terjadi wabah mulai daerah Chiba dekat Tokyo hingga ke Miyazaki di pulau Kyushu yang berjarak 1,000 kilometer. 

Hanya dalam waktu dua bulan, kasus baru terus bermunculan. 

"Kita tidak bisa mengatakan bahwa resiko penularan lebih jauh dari flu burung ini sudah habis, karena musim migrasi burung liar akan berlangsung hingga bulan Maret nanti, atau bahkan hingga April," tutur seorang pejabat kementerian pertanian India kepada Reuters. 

Baca Juga: Vaksinasi Unggas Cegah Penyebaran Penyakit

Virus H5N8 yang terdeteksi di Jepang dan Korea sangat mirip dengan virus yang menyebar di Eropa tahun 2019, yang mana virus tersebut berevolusi dari virus flu burung yang marak tahun 2014, tutur Filip Claes, pejabat regional Asia Pasifik dari Pusat Darurat Penyakit Hewan Lintas Batas (ECTAD),

Varian lain yang menerpa Eropa sejak akhir 2020 juga membuat kerusakan besar bagi peternakan di wilayah itu. 

Varian baru itu menyebabkan penyakit yang lebih parah dan sekarang lebih mematikan bagi burung liar, tutur Holly Shelton, pakar influenza di Institut Pirbright Inggris. 

Petugas kesehatan dengan pakaian pelindung bersiap untuk membakar setelah pemusnahan itik menyusul deteksi jenis H5N8 flu burung di antara unggas peliharaan di distrik Alappuzha, negara bagian Kerala, India, Selasa, 5 Januari 2021. (Sumber: AP Photo/Prakash Elamakara)

"Cukup jelas virus ini sudah ada di populasi burung liar, dan sekarang terdapat kecenderungan sangat besar hal itu akan menyebar ke peternakan unggas," tutur Holly lebih jauh.

Vaksinasi flu wajib untuk unggas di China telah melindungi produsen utama di kawasan itu, meskipun virus telah membunuh angsa liar di sana.

Vietnam, Laos dan Kamboja sejauh ini terhindar dari wabah H5N8 karena wilayah mereka bukanlah jalur migrasi burung liar dunia, namun tetap menghadapi risiko dari penularan flu burung lewat pergerakan orang dan barang.

"Ini akan terus menyebar sampai virus lain datang menggantikannya," kata Shelton.

Penulis : Edwin-Shri-Bimo

Sumber : Kompas TV


TERBARU