Neil Sheehan, Jurnalis Penulis Perang Vietnam Pemenang Penghargaan Pulitzer, Meninggal Dunia
Kompas dunia | 9 Januari 2021, 00:28 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV – Neil Sheehan, seorang reporter dan penulis pemenang Penghargaan Pulitzer, meninggal dunia pada Kamis (7/1) dalam usia 84 tahun. Sheehan menulis artikel tentang Dokumen Pentagon untuk harian The New York Times (Times) dan mengungkap penipuan di jantung Perang Vietnam dalam buku epiknya.
Associated Press melaporkan, menurut Catherine Sheehan Bruno putrinya, Neil Sheehan meninggal akibat komplikasi penyakit Parkinson.
Sheehan menghabiskan 15 tahun untuk menulis buku epiknya tentang Perang Vietnam yang berjudul “A Bright Shining Lie: John Paul Vann and America in Vietnam” (=“Sebuah Kebohongan yang Terang Benderang: John Paul Vann dan Amerika di Vietnam”). Buku yang dirilis pada 1988 itu memenangkan Penghargaan Pulitzer untuk kategori nonfiksi.
Sheehan bekerja sebagai koresponden perang untuk United Press International (UPI), dan lalu Times pada hari-hari awal keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam Perang Vietnam di tahun 1960an. Di sanalah Sheehan mulai tertarik dengan apa yang disebutnya dengan “perang sia-sia pertama kami” saat “orang-orang tewas sia-sia”.
Bocornya Pentagon Papers alias Dokumen Pentagon
Sebagai penulis nasional untuk Times yang berbasis di Washington, AS, Sheehan menjadi orang pertama yang memperoleh Pentagon Papers (Dokumen Pentagon), dokumen sejarah massif tentang keterlibatan AS dalam Perang Vietnam yang dibuat oleh Departemen Pertahanan AS. Daniel Ellsberg, seorang mantan konsultan Departemen Pertahanan yang sebelumnya telah membocorkan dokumen yang berkaitan dengan Perang Vietnam ke Sheehan, mengijinkan Sheehan melihat dokumen tersebut.
Baca Juga: Tak Ada Kematian dan Kasus Baru Virus Corona, Ini 5 Kebijakan yang Dilakukan Vietnam
Laporan Times, yang dimulai pada Juni 1971, mengekspos besar-besaran tentang penipuan yang dilakukan pemerintah AS tentang prospek kemenangan AS dalam Perang Vietnam. Laporan ini segera diikuti oleh The Washington Post yang juga menurunkan cerita tentang Dokumen Pentagon.
Dokumen-dokumen tersebut mengungkap secara rinci tentang beragam keputusan dan strategi dalam Perang Vietnam. Dokumen tersebut juga menceritakan tentang bagaimana keterlibatan AS dibangun dengan mantap oleh para pemimpin politik dan petinggi militer yang terlalu percaya diri tentang prospek AS dan menipu tentang prestasi-prestasi yang dicapai melawan Vietnam Utara.
Sheehan mengungkap dalam sebuah wawancara yang dilakukan pada 2015 dengan Times – yang pertama kali diterbitkan pada Kamis lalu lantaran Sheehan meminta untuk tidak dipublikasikan sebelum ia meninggal – bahwa Ellsberg tidak memberinya Dokumen Pentagon seperti yang selama ini diyakini banyak orang. Sheehan sebenarnya menipu sumbernya dan mengambil dokumen-dokumen tersebut setelah Ellsberg mengatakan bahwa Sheehan dapat melihat dokumen tersebut namun tidak dapat memilikinya.
Usai mengetahui isi dokumen tersebut, Sheehan menjadi sangat marah dan membulatkan tekad untuk menyebarluaskan isi dokumen tersebut.
Sheehan menyelundupkan dokumen-dokumen tersebut keluar dari apartemen Ellsberg di Massachusetts tempatnya selama ini disimpan. Sheehan lalu mengkopi ribuan halaman dokumen tersebut dan membawanya ke Times.
Ellsberg pun menanggung akibatnya saat kutipan dokumen tersebut diterbitkan secara verbatim alias mentah-mentah. Namun, Sheehan mengatakan, ia khawatir kecerobohan Ellsberg akan merusakkan proyek tersebut.
“Anda harus melakukan seperti apa yang saya lakukan,” terang Sheehan. “Saya telah memutuskan: ‘Orang ini sungguh ajaib. Anda tidak bisa meninggalkan (dokumen itu) di tangannya. Itu terlalu penting dan terlalu berbahaya’.”
Dokumen Pentagon Bocor, Pemerintahan AS Kebakaran Jenggot
Segera setelah artikel-artikel awal diterbitkan, pemerintahan Presiden Richard Nixon menurunkan perintah untuk menghentikan penerbitan artikel tersebut dengan alasan keamanan nasional dipertaruhkan. Penerbitan artikel lanjutan pun terhenti. Namun, aksi tersebut memicu perdebatan sengit tentang Amandemen Pertama yang dengan cepat naik banding ke Mahkamah Agung. Pada 30 Juni 1971, pengadilan memutuskan untuk mengijinkan penerbitan artikel-artikel tersebut, dan Times dan The Washington Post pun kembali melanjutkan penerbitan artikel-artikel tersebut.
Artikel-artikel tersebut membuat Times memenangkan Penghargaan Pulitzer atas jasanya pada pelayanan publik.
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV