Donald Trump Belum Mau Terima Kekalahan, Senator Republik: Itu Menyedihkan dan Gila
Kompas dunia | 21 Desember 2020, 12:55 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Senator Republik, Mitt Romney menyayangkan sikap petahana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang belum mau menerima kekalahan.
Pria yang merupakan Senator dari Negara Bagian Utah itu menilai apa yang dilakukan oleh Trump ini menyedihkan dan sesuatu yang gila.
Hal itu terkait keinginan Donald Trump untuk mengumumkan darurat militer di negara bagian yang menjadi medan pertempuran, serta menunjuk ahli teori konspirasi sebagai penasihat khusus.
Baca Juga: Ingin Beri Hadiah Natal Playstasion 5 untuk Anaknya, Seorang Ayah Malah Tertipu Rp10 Juta
Pansihat tersebut akan membantu upayanya untuk membalikkan kekalahan yang diterimanya dari Joe Biden.
“Dia meninggalkan Washington dengan serangkaian teori konspirasi dan hal-hal yang gila serta sinting, sehingga orang-orang akan bertanya apa yang sudah terjadi pada pria ini,” kata Romney dikutip dari The Guardian.
Dalam pertemuan di Gedung Putih, Jumat (18/12/2020), Trump dikabarkan bakal menunjuk Sydney Powell, pengacara yang juga ahli teori konspirasi untuk menjadi penasihat khususnya.
Baca Juga: Tak Terima Kalah Pemilu, Trump Ajak Warga Demonstrasi Besar pada 6 Januari
Padahal, penunjukkan penasihat khusus tak bisa ditentukan oleh presiden, melainkan oleh Jaksa Agung AS.
“Hal itu tak akan terjadi. Saya memahami presiden sedang mencoba menemukan cara untuk mendapat hasil yang berbeda dari apa yang disampaikan oleh rakyat Amerika, tetapi itu sangat menyedihkan dalam banyak hal dan juga memalukan,” katanya.
Biden menjadi pemenang dari pemilihan Presiden (pilpres) AS dengan raihan electoral vote 306-232, serta memimpin lebih dari 7 juta suara, pada pemilihan keseluruhan.
Baca Juga: Anggaran Pertahanan 2021 Jepang 51 Miliar Dollar AS, Akan Belanja Jet Siluman dan Rudal Jarak Jauh
Meski begitu, Trump yang sebelum pilpres berakhir sudah melihat kekalahannya menuding pemilihan tersebut tak berjalan adil.
Tim kampanye serta pengikut Trump telah mengajukan 50 tuntutan terkait kecurangan pemilu, namun semuanya ditolak karena kurangnya bukti.
Penolakan itu juga terjadi ketika Trump mengajukan tuntutannya ke Mahkamah Agung (AS), dalam upanya membalikkan keadaan.
Penulis : Haryo-Jati
Sumber : Kompas TV