> >

Ironi Negara Kaya yang Kelaparan: Jutaan Warga Amerika Menggantungkan Hidup pada Bank Makanan

Kompas dunia | 8 Desember 2020, 06:36 WIB
Norman Butler, merupakan pengguna bank makanan untuk pertama kalinya. Dia dan pasangannya, Cheryl Butler menunggu makanan semalaman di dalam mobil mereka. Bersama mobil-mobil lain, mereka berbaris untuk menerima makanan di titik distribusi di Metairie, Louisiana, Amerika Serikat. (Sumber: Associated Press)

WASHINGTON, KOMPAS.TV – Pandemi yang diakibatkan oleh virus corona telah memporakporandakan perekonomian dunia, tak terkecuali negara adidaya Amerika Serikat (AS). Jutaan warga AS harus berjuang bertahan hidup di tengah krisis yang melanda.

Kelaparan merupakan sebuah paradoks pahit yang terjadi di negara terkaya di dunia. Dalam pandemi tahun 2020, jutaan warga Amerika mengkhawatirkan lemari es mereka yang kosong. Bank makanan terus membagikan makanan dengan kecepatan tinggi.

Sebagian masyarakat AS rela tidak makan, agar anaknya bisa mendapatkan makanan. Sebagian warga AS lainnya, bergantung pada makanan murah yang kurang gizi.

Analisis data dari the Associated Press, menemukan peningkatan tajam dalam jumlah makanan yang didistribusikan dibandingkan dengan tahun lalu.

Mereka yang berjuang melawan kelaparan mengatakan, bahwa mereka belum pernah melihat krisis sedalam ini terjadi di Amerika. Ini bahkan lebih buruk daripada resesi yang terjadi tahun 2007-2009.

Baca Juga: Sekolah di New York Kembali Buka untuk Siswa Prasekolah dan SD

Aaron Crawford yang berusia 37 tahun, mencari pekerjaan di masa krisis ini. Istrinya harus dioperasi, lalu virus mulai menggerogoti jam kerja dan gaji istrinya.

Keluarga Crawford tidak memiliki tabungan. Tagihan mereka menumpuk, yang semakin memperbesar rasa kekhawatiran mereka. Pasangan itu memiliki dua anak laki-laki yang berusia 5 dan 10 tahun, dan mereka hanya memiliki sekotak makaroni dan keju yang bisa digunakan untuk bertahan hidup.

Crawford melihat dirinya sebagai orang yang mandiri. Meminta makanan membuatnya merasa sangat tidak nyaman. “Saya merasa seperti gagal. Ini seperti stigma, jika anda adalah pria yang tidak dapat menafkahi keluarga, maka Anda adalah pecundang," ujarnya.

Tempat pertama bagi orang Amerika untuk mencari bantuan adalah pada dapur makanan yang ada di lingkungan masing-masing. Sebanyak berton-ton makanan, setiap hari berpindah dari sampah toko bahan makanan dan barang-barang pemerintah ke pusat distribusi gudang, kemudian makanan ini mengalir ke badan amal lingkungan.

Keluarga Crawford beralih ke Pusat Sumber Daya Keluarga dan bank makanan, yang dikelola oleh sebuah organisasi nirlaba. Tempat ini hanya berjarak 15 menit dari apartemen mereka di Apple Valley, Minnesota.

Baca Juga: Angka Kematian Covid-19 di AS dalam Sehari Capai 2.804 Jiwa, Donald Trump Pilih Bungkam

Saat dibutuhkan, mereka akan menerima kotak bulanan berisi produk-produk segar seperti susu, roti, daging, dan kebutuhan pokok lainnya. Makan-makanan ini cukup untuk mengisi dua gerobak keranjang di toko grosir. Jika makanan itu habis, mereka bisa mendapatkan paket darurat untuk membantu mereka kembali hingga akhir bulan.

Istri Crawford, Sheyla, bersikeras agar mereka mencari bantuan. Sheyla telah mengalami masa sulit selama pandemi. Jam kerjanya di pusat penitipan anak telah dipotong, demikian pula dengan penghasilannya.

Awalnya, Crawford malu pergi ke bank makanan. Dia khawatir dan malu akan bertemu dengan seseorang yang dia kenal disana. Namun kini, dia melihat hal itu dari sisi yang berbeda.

“Pergi ke bank makanan tidak membuat saya menjadi orang jahat. Juga tidak membuat saya menjadi suami atau ayah yang buruk. Sebaliknya, saya sebenarnya melakukan sesuatu untuk memastikan bahwa istri dan anak-anak saya memiliki makanan untuk dimakan," ujarnya.

Potret kelaparan tahun ini di Amerika, menyisakan pemandangan yang khas. Kemacetan lalu lintas yang panjang tertangkap oleh kamera drone. Mobil-mobil itu menunggu selama berjam-jam untuk sekotak atau kantong makanan.

Dari Anaheim, California hingga San Antonio, Texas hingga Toledo, Ohio dan Orlando, Florida. Ribuan kendaraan yang membawa orang-orang lapar mengantre sepanjang bermil-mil. Di New York, dan kota-kota besar lainnya, orang-orang berdiri, menunggu bantuan makanan di ujung jalan.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Kembali Melonjak, New York Berlakukan Pembatasan Sosial

Mereka yang baru bergabung dalam antrean bank makanan memiliki cerita serupa: industri mereka runtuh, kehilangan pekerjaan, jam kerja mereka dipotong, dan hilangnya kesempatan bekerja karena sakit.

Kerja Besar Bagi Bank Makanan

Feeding America merupakan organisasi anti-kelaparan terbesar di negara itu. Feeding America kini tengah berjuang keras untuk tetap menyediakan sarapan dan makan siang gratis. Pada akhir Maret, 20 persen dari 200 bank makanan milik organisasi tersebut terancam kehabisan makanan.

Kini mereka berhasil mengatasi masalah pasokan makanan, namun permintaan akan makanan terus meningkat. Feeding America tidak pernah membagikan makanan secepat ini sebelumnya, yaitu senilai AS$ 4,2 miliar dari Maret hingga Oktober.

Berdasarkan data dari organisasi tersebut, terjadi rata-rata peningkatan pengguna bank makanan sebanyak 60 persen selama pandemi. Hingga kini, belum ada tanda-tanda peningkatan akan permintaan makanan akan menurun.

Feeding America memperkirakan, mereka yang menghadapi kelaparan akan membengkak menjadi 1 dari 6 orang, yaitu dari 35 juta pada 2019 menjadi lebih dari 50 juta pada akhir tahun ini.

Penulis : Tussie-Ayu

Sumber : Kompas TV


TERBARU