> >

China Sukses Nyalakan Matahari Buatan, Reaktor Fusi Nuklir Canggih untuk Pertama Kalinya

Kompas dunia | 7 Desember 2020, 16:42 WIB
Reaktor fusi nuklir canggih Matahari Buatan. (Sumber: China Atomic Energy Authority)

SICHUAN, KOMPAS.TV - China untuk pertama kalinya sukses menyalakan reaktor fusi nuklir canggih yang juga disebut sebagai Matahari Buatan.

Kesuksesan itu diungkapkan, Jumat (4/12/2020). Hal itu jelas menjadi pencapaian besar untuk China terkait penelitian tenaga nuklir.

Reaktor nuklir yang digunakan adalah reaktor HL-2M Tokamak, yang merupakan reaktor terbesar di China.

Baca Juga: Telah Siap! 800 Ribu Dosis Vaksin Pfizer-BioNTech untuk Imunisasi di Inggris

Selain itu, reaktor tersebut juga menjadi reaktor fusi nuklir eksperimental dengan alat penelitian paling mutakhir.

Para penelitih berharap peralatan ini memiliki potensi untuk membuka sumber kekuatan energi yang bersih.

Seperti diwartakan People Daily, reaktor fusi nuklir itu menggunakan medan magnet yang kuat untuk memadukan plasma panas dan dapat mencapai suhu lebih dari 150 juta derajat Celsius.

Baca Juga: Diserang Hiu Putih Besar, Pria Ini Mampu Menyelamatkan Diri

Suhu tersebut memiliki panas 10 kali lipat dari inti matahari. Reaktor fusi nuklir tersebut dibangun di barat daya Provinsi Sichuan dan diselesaikan akhir tahun lalu.

Julukan Matahari Buatan yang diberikannya disebabkan karena panas dan kekuatan luar biasa yang dihasilkannya.

“Pengembangan energi fusi nuklir ini tidak hanya sebagai cara untuk menyelesaikan kebutuhan strategis China, tetapi juga memiliki arti penting bagi pembangunan berkelanjutan masa depan energi dan ekonomi China,” ungkap People Daily dikutip dari Science Alert.

Baca Juga: Bocah Laki-Laki 3 Tahun Tewas Dimutilasi, Mata dan Alat Kelamin Hilang

Ilmuwan China telah mengerjakan pembangunan reaktor fusi nuklir yang lebih kecil sejak 2006.

Mereka berencana bekerja sama dengan para ilmuwan untuk mengerjakan Reaktor Eksperimental Termonuklir Internasional, penelitian fusi nuklir terbesar di dunia yang berbasis di Prancis.

Penelitian tersebut diharapkan bisa selesai pada 2025 nanti.

Penulis : Haryo-Jati

Sumber : Kompas TV


TERBARU