> >

Merasa Tak Dihargai, Model Berhijab Undur Diri dari Dunia Fesyen Internasional

Kompas dunia | 27 November 2020, 00:46 WIB
Model berdarah Somalia - Amerika, Halima Aden, saat tampil dalam peragaan busana koleksi Musim Gugur - Musim Dingin 2017 - 2018 Max Mara di Milan, Italia, 23 Februari 2017. (Sumber: AP Photo / Luca Bruno)

MILAN, KOMPAS.TV – Halima Aden (23), seorang model internasional berdarah Somalia – Amerika mengumumkan pengunduran dirinya dari industri fesyen, Kamis (26/11). Aden menyatakan, pandemi Covid-19 yang membuat segalanya melambat telah menyadarkannya bahwa keinginannya tetap mengenakan hijab tidak dihargai dengan benar.

Melalui story Instagramnya, Aden menuliskan dengan detil bahwa ia tidak akan buru-buru kembali ke industri fesyen dan bahwa ia akhirnya mendengarkan permintaan ibunya ‘untuk membuka matanya’.

Baca Juga: Penikaman Dua Wanita Berhijab di Paris Diinvestigasi sebagai Kejahatan Rasis, Ini Sebabnya

“Ibu saya telah meminta saya untuk berhenti menjadi model sejak duluuu kala. Seandainya saat itu saya tidak terlalu defensif,” tulis Aden seperti dilansir dari Associated Press, Kamis (26/11). “Berkat Covid yang membuat saya terpaksa rehat dari industri ini, saya akhirnya menyadari kesalahan saya dalam perjalanan saya mengenakan hijab.”

Aden menjadi model berhijab pertama di panggung fesyen Milan dan New York, dan telah muncul dalam sampul beberapa majalah fesyen dan publikasi cetak.

Baca Juga: Susi Pudjiastuti Jadi Model Koleksi Batik Terbaru dari Desainer Anne Avantie

Terlahir di sebuah kamp pengungsian di Kenya, Aden pindah ke Amerika Serikat (AS) bersama keluarganya pada usia 7 tahun. Ia dinobatkan sebagai ratu Muslim pertama dalam reuni alumni SMA-nya di Minnesota, senator mahasiswa Somalia pertama di kampusnya dan perempuan berhijab pertama dalam kontes kecantikan Miss USA Minnesota.

Dalam post Instagramnya, Aden menjelaskan saat hijab yang ia kenakan dihargai dengan benar, seperti saat ia tampil dalam kampanye produk kecantikan Fenty milik Rihanna. Juga, saat hijab yang ia kenakan tidak dihormati dengan benar. Ketika itu, hijab yang ia kenakan justru digantikan dengan jins.

Baca Juga: Terpanggil Sejak Penembakan di Christchurch, Zeena Ali Jadi Polisi Berhijab Pertama di Selandia Baru

“Saat itu, saya sungguh merasa putus asa untuk tetap merepresentasikan hijab saya, hingga saya kehilangan kontak dengan siapa saya sebenarnya,” tulisnya. Lalu, dalam sebuah post lain di Instagram, ia juga menuliskan penyesalannya, “Seharusnya saya langsung meninggalkan acara itu karena sudah jelas tidak ada kamus tentang sosok perempuan berhijab dalam pikiran si penata rambut.”

Baca Juga: Kepolisian Selandia Baru Perkenalkan Hijab sebagai Bagian dari Seragam Petugas

Aden menyatakan, penerimaannya atas segala situasi yang kurang menghargai keyakinannya merupakan perpaduan atas pemberontakannya, juga keluguannya. “Yang saya salahkan dalam industri ini adalah kurangnya penata rambut Muslim,” tulisnya.

Penulis : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU